Bebal Hati

Selasa, 16 Juli 2019 – Hari Biasa Pekan XV

258

Matius 11:20-24

Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mukjizat-mukjizat-Nya: “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan daripada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan daripada tanggunganmu.”

***

Ada cerita menarik dari Anthony de Mello SJ dalam bukunya Doa Sang Katak 1. Seorang imam dikisahkan sedang menyiapkan khotbah tentang penyelenggaraan Tuhan. Tiba-tiba saja bendungan di dekat gereja jebol, sehingga tempat itu dilanda banjir besar. Karena bermaksud mempraktikkan keyakinannya akan penyelenggaraan Tuhan, imam itu tidak beranjak dari tempatnya untuk mengungsi. Sejumlah orang berniat menolongnya dengan perahu, termasuk ketika sang imam berada di atas atap akibat air yang semakin tinggi. Tiga kali mereka datang, tiga kali pula ia menolak dengan keyakinan bahwa Tuhan sendiri akan datang menolongnya. Imam itu akhirnya mati tenggelam. Ketika bertemu Tuhan, ia pun mengeluh mengapa Tuhan tidak menyelamatkannya. Tuhan kemudian menjawab, “Aku sudah mengirim perahu tiga kali.”

Pesan yang bisa dipetik dari cerita di atas adalah kebebalan hati membuat kita tidak bisa melihat Tuhan yang hadir dalam diri orang lain, dan yang bertindak melalui pekerjaan-pekerjaan mereka.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengecam kebebalan hati orang Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum. Mereka lebih suka menggunakan cara pikir mereka sendiri untuk menilai penyelenggaraan Tuhan. Kendati melihat mukjizat-mukjizat dari Yesus, mereka tidak percaya bahwa itu adalah penyelenggaraan Tuhan. Bahkan, karena kebebalan hati, mereka juga sebelumnya menolak Yohanes Pembaptis. “Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.” (Mat 11:18-19).

Kebebalan hati bisa menjangkiti setiap orang. Kebebalan hati muncul karena kesombongan dan keegoisan. Segala hal yang dilakukan dianggap baik dan benar, sedangkan apa yang orang lain lakukan jika tidak sesuai dengan yang diharapkan akan dinilai salah. Jika kesombongan ini sudah merasuki hati, kita akan lupa siapa diri kita di hadapan Allah. Karena itu, Saudara-saudari sekalian, janganlah kita bertegar hati, tetapi dengarkanlah sabda Tuhan!