Kesabaran yang Tak Bertepi

Selasa, 30 Juli 2019 – Hari Biasa Pekan XVII

169

Matius 13:36-43

Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

***

Dalam proses menuju kedewasaan iman dan kepribadian selalu ada masa silih berganti atau masa pasang surut. Jika dibuat grafik, jarang sekali kita jumpai grafik yang stabil atau yang arahnya selalu naik. Yang jamak dijumpai adalah grafik yang naik dan turun.

Ada banyak faktor yang menyebabkan kedewasaan seseorang menurun: bisa jadi berasal dari dalam diri sendiri (misalnya karena sakit atau kurang bersemangat), bisa juga karena faktor-faktor yang berasal dari luar (misalnya dikecewakan orang lain, ditipu, dan mengalami tekanan hidup).

Dalam situasi naik turun seperti itu dibutuhkan sikap yang tepat untuk tetap berfokus pada perjuangan dan perjalanan. Perjuangan selalu perlu waktu. Lagi pula, ibaratnya tanaman, lalang dan tanaman-tanaman pengganggu akan selalu ada. Kebijaksanaan dibutuhkan di sini agar semuanya itu dapat dihadapi dengan baik.

Di dalam kehidupan ini, kita perlu bijaksana dalam berpikir, berkata-kata, dan melakukan sesuatu. Semuanya perlu ditimbang dan dipilah-pilah. Jika itu kita lakukan, niscaya semua yang kita hasilkan dan kita bagikan berguna bagi sesama dan lingkungan. Ingat, di dalam diri kita selalu ada benih-benih kebaikan, tetapi ada juga di sana potensi yang dapat menghambat atau bahkan mematikan keutamaan-keutamaan itu.

Karena itulah dalam proses ini dibutuhkan kesabaran yang tidak bertepi. Kita harus terus berjuang tanpa putus asa agar tetap bisa berdiri kokoh. Salah satu caranya yakni dengan bertekun dalam doa kepada Tuhan, hidup dalam persatuan dengan-Nya.

Dekat dengan Tuhan, hatiku tenang. Dialah pengasih dan penyayang hidupku.