Menapaki Jalan Kemartiran

Rabu, 14 Agustus 2019 – Peringatan Wajib Santo Maksimilianus Maria Kolbe

87

Matius 18:15-20

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang darimu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

***

Martir adalah orang yang rela mempertaruhkan nyawanya demi iman, orang yang mau mengorbankan nyawanya bagi orang lain. Tindakan ini dilakukan didasarkan oleh iman dan keyakinan yang kuat akan Yesus Kristus. Ada banyak orang kudus yang menjadi martir, salah satunya kita peringati hari ini, yakni Santo Maksimilianus Maria Kolbe.

Santo Maksimilianus Maria Kolbe adalah seorang biarawan di negara Polandia. Ia hidup ketika rezim Nazi menguasai hampir seluruh Eropa. Nazi menangkap dan menahannya karena mewartakan sabda Allah melalui surat kabar. Santo Maksimilianus rela mengorbankan nyawa menggantikan seorang bapak yang seharusnya dihukum mati oleh pasukan Nazi. Tindakan ini menunjukkan bahwa dirinya sangat beriman kepada Kristus. Ia ingin seperti Kristus yang mengorbankan nyawa-Nya bagi orang lain.

Sekarang ini tampaknya semakin banyak orang yang tidak peduli lagi kepada orang lain. Yang mereka pikirkan hanyalah hidup mereka sendiri. Banyak orang bahkan tega mengorbankan orang lain demi kesenangan sendiri. Karena itu, kesaksian hidup yang disertai pengorbanan diri seperti yang dilakukan oleh Santo Maksimilianus kiranya sangat dibutuhkan pada zaman ini. Sebagai murid-murid Kristus, marilah kita berusaha menapaki jalan yang sama, yakni jalan kemartiran sebagaimana yang diteladankan oleh Santo Maksimilianus dan juga oleh Kristus sendiri.