Melawan Belenggu Prasangka

Sabtu, 24 Agustus 2019 – Pesta Santo Bartolomeus

242

Yohanes 1:45-51

Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” Yesus menjawab, kata-Nya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.” Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”

***

Sungguh berbahaya ketika seseorang sudah diliputi bahkan terbelenggu oleh prasangka negatif akan sesuatu atau akan orang lain. Inilah stigma yang membuat realitas menjadi buruk atau tidak baik. Sikap demikian kiranya hari ini kita jumpai dalam pribadi Natanael, yang disebut juga Bartolomeus.

Dalam benak Natanael, ada pandangan negatif bahwa Nazaret adalah kota yang layak dipandang sebelah mata. Karena itu, ia kemudian bertanya, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Sungguh mengerikan bahwa sebuah stigma dapat membuat orang merasa ragu akan kebaikan yang ada dalam diri setiap orang dan bahkan dalam setiap hal.

Kehadiran Yesus dan sapaan-Nya kepada Natanael menjadi gambaran Allah yang hadir melawan realitas kehidupan manusia yang sering kali dibelenggu prasangka buruk dan stigma terhadap pihak lain. Stigma menjadi semakin mengerikan ketika diikuti tindakan-tindakan yang menyerang, menghina, dan memojokkan. Akibatnya, korban berjatuhan dan banyak hati yang menjadi terluka.

Hidup dalam prasangka dan stigma terhadap pihak lain merupakan hidup yang dikuasai oleh dosa. Prasangka dan stigma adalah dosa karena menutup karya Roh Allah yang senantiasa dinamis dan berkembang. Allah yang berkarya dalam Roh Kudus mengarahkan segala sesuatu kepada kebaikan. Dengan kata lain, hidup dalam prasangka dan stigma adalah hidup yang melawan karya Roh Kudus.

Terhadap Natanael yang meragukan hal-hal yang baik dari Nazaret, Yesus menyapanya secara personal. Ia mengungkapkan sesuatu tentang Natanael yang sungguh di luar dugaannya. Hal ini membuat Natanael merasa tertohok, sehingga ia pun akhirnya mengakui bahwa Yesus, orang Nazaret, adalah Anak Allah.

Natanael memiliki sikap hidup yang baik, sebab ia kemudian menyadari kesalahannya serta mau mengakui kebenaran Allah. Kesediaan untuk membuka hati terhadap sapaan Allah demi menemukan kebenaran ini patut kita teladani. Dalam kehidupan kita sehari-hari, sering kali orang, bahkan mungkin kita sendiri, mempertahankan prasangka negatif sebagai kebenaran, bahkan membela mati-matian prasangka tersebut. Oleh karena itu, dalam Pesta Santo Bartolomeus kali ini, baiklah kita menyadari: adakah kita mempunyai prasangka-prasangka terhadap orang lain? Maukah kita meneladani Natanael yang dengan rendah hati mengakui bahwa prasangka yang ada dalam benaknya bukanlah pandangan yang benar?