Jangan Bersikap Munafik

Senin, 26 Agustus 2019 – Hari Biasa Pekan XXI

719

Matius 23:13-22

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Surga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.

[Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.]

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat daripada kamu sendiri.

Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. Dan barangsiapa bersumpah demi surga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.”

***

Bacaan Injil hari ini menggambarkan bagaimana Yesus mengecam dengan kata “celakalah.” Dalam adat Jawa, kata “celaka” sungguh merupakan kata yang pedas. Di dalamnya terkandung harapan akan terjadinya hal yang tidak menguntungkan. Kalau orang tua sampai mengatakan kepada anaknya, “Celakalah,” jelas itu merupakan suatu kutukan. Sebelum kata kutukan itu dicabut, diyakini bahwa si anak akan terus mendapat kesulitan, kesusahan, dan kemalangan.

Dalam perikop yang kita dengarkan hari ini, Yesus menyerukan “celakalah” untuk mengungkapkan ketidaksetujuan-Nya dengan sikap-sikap yang dibuat oleh kaum Farisi, imam-imam kepala, dan para ahli Taurat. Yesus mengecam orang-orang itu karena sikap munafik mereka. Mereka tidak mempunyai integritas karena apa yang diajarkan tidak sesuai dengan apa yang dilakukan. Padahal, mereka ini adalah pemuka-pemuka masyarakat, orang-orang yang tingkah lakunya dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat.

Munafik adalah sikap berpura-pura. Yesus mengecam orang-orang itu karena sebagai pemimpin, mereka justru menyalahgunakan wewenang yang mereka miliki untuk memeras rakyat dan meraup keuntungan besar bagi diri sendiri. Lebih-lebih yang mereka peralat adalah orang-orang lemah, orang-orang tak berdaya yang seharusnya mereka tolong. Sikap munafik tersebut pada akhirnya menjadi penghalang bagi orang-orang yang ingin mencari kebenaran. Mereka ditipu, diperlakukan secara licik, dan diperbudak. Karena itulah Yesus bersuara sangat keras di sini. Tidak pantas orang Farisi dan para pemimpin ibadat memperlakukan umat dengan cara demikian.

Sebagai pengikut Yesus Kristus, kita diajak untuk menjauhkan diri kita dari sikap munafik, sikap berpura-pura. Janganlah kita menjadi pribadi yang tidak mempunyai integritas! Ini sejalan dengan cita-cita pemerintah saat ini yang mengedepankan pendidikan karakter agar tercipta masyarakat yang berintegritas. Apa yang harus kita lakukan? Tanggalkan sikap munafik; jadilah pribadi yang memiliki keselarasan dalam berbuat dan berkata-kata. Marilah kita berjuang menghadirkan Kerajaan Allah dengan cara demikian.