Menjadi Murid-murid yang Berkualitas

Selasa, 10 September 2019 – Hari Biasa Pekan XXIII

281

Lukas 6:12-19

Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

***

Bagi mahasiswa dan mahasiswi, wisuda kiranya merupakan saat yang dinanti-nanti. Demi peristiwa penting yang ditandai dengan pemakaian toga dan penerimaan ijazah ini, mereka berjuang mati-matian, tidak hanya berhari-hari melainkan bertahun-tahun. Pada tahap terakhir, baik siang maupun malam, mereka berkutat dengan skripsi yang memusingkan, lari ke sana-kemari menjumpai dosen pembimbing. Meskipun berat, proses yang panjang tersebut pada akhirnya menempa mereka menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan Yesus yang memanggil dua belas orang untuk menjadi murid-murid-Nya. Kita tahu bahwa orang-orang itu berangkat dari latar belakang yang berbeda, sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda-beda pula. Yang awalnya nelayan tentu saja berbakat dalam hal menangkap ikan, sedangkan yang sebelumnya pemungut cukai pastinya berbakat di bidang keuangan.

Menariknya, orang-orang yang beraneka ragam itu kemudian dididik dalam satu sekolah, yakni Sekolah Yesus. Selama kurang lebih tiga tahun, kepada mereka diterapkan program 3M, yaitu: Mengenal – Mencintai – Mengikut Yesus. Perlahan-lahan motivasi mereka dimurnikan, sehingga paradigma dan cara pandang mereka pun kemudian berubah. Pada akhirnya terbentuklah pribadi-pribadi yang berkualitas. Para murid mempunyai komitmen dan semangat untuk mengikut Yesus dan mewartakan Kerajaan Allah.

Saudara-saudari yang terkasih, kita adalah murid-murid Yesus zaman ini. Harapan yang ditujukan kepada kita juga sama, yakni agar kita menjadi rasul-rasul dengan kepribadian yang berkualitas. Karena itu, mari kita lihat diri kita dengan sungguh-sungguh: apakah semangat 3M sudah menjiwai pribadi, hidup, dan karya-karya kita?

Pertama, mengenal. Seberapa dekat kita mengenal Yesus? Bagaimana cara kita membangun kedekatan, sehingga kita semakin mengenal Dia? Siapa Yesus bagi kita secara personal?

Kedua, mencintai. Seberapa dalam cinta kita kepada Yesus? Apakah kita mempunyai waktu untuk-Nya? Apakah kita telah memberi Dia ruang dalam hati dan hidup kita? Apakah cinta-Nya menggetarkan hati kita dan terus menghidupi langkah-langkah hidup kita?

Ketiga, mengikut. Seberapa besar komitmen kita untuk mengikut Yesus? Apakah kita mempunyai keberanian untuk tetap mengikut Dia ketika ada tantangan dan kesulitan? Mampukah kita memanggil salib sebagai konsekuensi dari jalan Tuhan?

Semoga kisah Yesus memilih dua belas rasul dalam Injil hari ini menginspirasi, menguatkan, dan meneguhkan kita pada pilihan hidup kita untuk menjadi orang-orang kristiani, murid-murid Yesus masa kini.