Aku Sesama bagi Siapa?

Senin, 7 Oktober 2019 – Peringatan Wajib Maria Ratu Rosari

347

Lukas 10:25-37

Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

***

Yesus kali ini berhadapan dengan seorang ahli Taurat yang berusaha mencobai Dia. Mula-mula mereka berbicara tentang cara memperoleh hidup kekal, tetapi tema pembicaraan kemudian bergeser menjadi tentang sesama manusia. Ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Siapakah sesamaku manusia?”

Baginya Yesus lalu mengisahkan perumpamaan tentang seseorang yang sekarat akibat dihajar oleh para penyamun. Cerita ini terkesan biasa, tetapi bergulir di luar dugaan. Siapa pun pendengar perumpamaan ini rupanya harus mengidentifikasikan dirinya sebagai korban perampokan, bukan sebagai orang-orang yang lewat. Saya adalah orang yang dirampok dan hampir mati. Siapa yang sudi menolong saya? Siapa yang sudi menganggap saya sebagai sesama? Jawabannya ternyata bukan orang-orang dari bangsa sendiri, melainkan orang Samaria. Orang Samaria yang dipandang rendah, najis, tidak murni, dan sesat ternyata adalah sesama manusia bagi si korban.

Menutup perumpamaan-Nya, Yesus berkata, “Perbuatlah demikian.” Sampai dua kali Yesus mengatakan hal itu dalam pembicaraan ini. Artinya, Yesus menegaskan bahwa teori dan definisi tentang sesama manusia bukanlah hal yang utama. Yang utama adalah mempraktikkan kasih itu. Banyak orang tahu tentang ajaran untuk mengasihi sesama manusia, tetapi kebencian, kerusuhan, dan perselisihan yang sampai sekarang terjadi di mana-mana dengan jelas membuktikan bahwa ajaran itu kiranya baru sebatas diketahui, belum dilaksanakan.

Dengan perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati, Yesus mau mengajarkan bahwa orang yang berasal dari kelompok lain adalah manusia seperti kita juga. Dalam diri mereka ada belas kasih, kebaikan, dan kasih sayang. Terbukti mereka mau mengulurkan tangan ketika melihat orang lain yang berada dalam kesusahan, meskipun orang itu bukanlah anggota kelompok mereka.

Allah Bapa mengasihi semua orang tanpa kecuali, tanpa pandang bulu. Meneladani Dia, hendaknya kita pun bersikap demikian. Kasih yang tidak membeda-bedakan akan membuat manusia hidup rukun satu sama lain, sehingga bumi pun menjadi damai. Semoga dengan begitu, jalan menuju ke hidup yang kekal terbuka lebar-lebar bagi semua orang.