Memelihara Iman dengan Doa

Selasa, 15 Oktober 2019 – Peringatan Wajib Santa Teresia dari Yesus

515

Lukas 11:37-41

Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.”

***

Hari ini bersama seluruh Gereja universal kita memperingati Santa Teresia dari Yesus yang dikenal juga sebagai Santa Teresia dari Avila. Ia menulis buku harian dan salah satu ungkapannya yang paling berkesan adalah: “We must have a determined determination to never give up prayer.” Demikianlah hidup doa merupakan salah satu warisan darinya. Ia mengajak kita untuk memelihara hidup doa sebagai langkah untuk menjadi pribadi yang beriman.

Karena itu, mari kita bertanya pada diri kita masing-masing: bagaimanakah hidup doa kita? Tumbuh subur atau kering kerontang tanpa makna? Kita perlu menyadari bahwa doa adalah sebuah relasi yang membutuhkan kesetiaan dan komitmen. Ketika kita berdoa, tujuannya adalah membangun relasi personal dengan Tuhan. Itulah yang utama, alih-alih mengajukan permohonan demi permohonan tiada henti.

Dari perikop Injil Lukas yang kita renungkan hari ini, kita diajak untuk tidak melulu melihat zona eksternal semata. Janganlah kita bersikap seperti orang Farisi yang mempersalahkan Yesus hanya karena Ia tidak mencuci tangan sebelum makan. Lebih dari hal-hal yang terlihat oleh mata, kita diajak untuk menjalin kedalaman relasi personal bersama Yesus.

Santa Teresia hari ini memberikan peneguhan kepada kita bahwa kedalaman relasi personal dengan Yesus akan terwujud kalau kita bersikap setia dan tidak memiliki pamrih. Maukah kita hari ini belajar beriman seperti itu?