Hamba yang Berjaga

Selasa, 22 Oktober 2019 – Hari Biasa Pekan XXIX

192

Lukas 12:35-38

“Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka.”

***

Saat gempa Palu tahun 2018, banyak orang menjadi korban keganasan gempa tersebut. Salah satunya adalah Antonius Gunawan Agung, seorang petugas pelayanan navigasi penerbangan (ATC). Saat terjadi gempa, ia berada di menara kontrol Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie, Palu. Alih-alih menyelamatkan diri, ia terlebih dahulu memastikan pesawat yang ia pandu dapat terbang dengan selamat. Ia kemudian melompat dan terjatuh ke tanah dari menara ATC, lalu mengembuskan napas terakhirnya pada saat perjalanan menuju ke rumah sakit.

Kejadian yang dialami oleh Antonius pasti memberikan duka yang mendalam, tetapi sekaligus menjadi cerita heroik yang menyentuh hati. Mengapa demikian? Tidak lain karena Antonius mengabdikan diri sepenuhnya pada tugas yang dipercayakan kepadanya sampai mengorbankan nyawanya sendiri.

Bacaan Injil hari ini melukiskan pengabdian hamba kepada tuannya. Seorang hamba mestinya tahu akan pekerjaannya dan melakukannya dengan penuh tanggung jawab. Pengabdian ini didasari oleh rasa cinta yang besar. Karena itu, sesulit apa pun tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, hamba itu tetap menjalankannya dengan tekun dan setia.

Bercermin dari bacaan Injil hari ini, kita diundang untuk bersemangat seperti hamba yang pinggangnya selalu terikat dan yang pelitanya selalu bernyala. Orang yang demikian pasti menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sampai selesai. Hamba seperti ini mempunyai semangat berjaga yang tinggi dan akan selalu setia sampai akhir. Hamba seperti ini adalah juga orang yang tahu memperhatikan kebutuhan orang lain. Ia selalu siap sedia memperhatikan kebutuhan sesama.

Pada akhirnya, sikap berjaga-jaga seperti itu memampukan seseorang menyambut kedatangan Anak Manusia yang tidak terduga. Agar dapat menyambut kedatangan Yesus, kita perlu berlatih berjaga dalam hal-hal sederhana. Hal-hal sederhana ini terwujud misalnya dalam kehadiran sesama yang membutuhkan. Sesungguhnya setiap orang yang sudah terbiasa untuk peka dan berjaga akan dipandang layak untuk menyambut kedatangan Anak manusia.