Bersukacitalah Bersama Aku

Kamis, 7 November 2019 – Hari Biasa Pekan XXXI

140

Lukas 15:1-10

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.” Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

“Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”

***

“Bersukacitalah bersama-sama dengan aku.” Bagi saya, kata-kata tersebut menjadi undangan untuk turut serta dalam sukacita dan kegembiraan, tetapi juga dalam kecemasan saudara-saudari di sekitar saya. Itu pula yang dinyatakan oleh Gaudium et Spes, “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga.”

Dalam rangka itu, litani “Ajarilah Cara-Mu” berikut ini kiranya sangat tepat untuk kita panjatkan bersama. Litani ini terinspirasi oleh doa yang diajarkan oleh Pedro Arrupe.

“Ya Tuhan, ajari aku cara-Mu memandang orang lain, seperti waktu Engkau memandang Petrus setelah pengingkarannya. Bersukacitalah bersama Aku.

Seperti waktu Engkau menerawang hati orang muda yang kaya dan hati murid-murid-Mu. Bersukacitalah bersama Aku.

Aku ingin bertemu dengan Engkau seperti ada-Mu, lantaran citra-Mu telah mengubah mereka yang Engkau temui. Bersukacitalah bersama Aku.

Ingatlah Yohanes Pembaptis ketika pertama kali bertemu dengan Dikau. Bersukacitalah bersama Aku.

Dan pemungut cukai yang merasa diri tak pantas. Bersukacitalah bersama Aku.

Juga rasa takjub mereka semua yang menyaksikan keajaiban-keajaiban-Mu. Bersukacitalah bersama Aku.

Bagaimana Engkau mempesona murid-murid-Mu. Bersukacitalah bersama Aku.

Membuat pasukan musuh terhenyak di Bukit Zaitun. Bersukacitalah bersama Aku.

Membuat Pilatus serta istrinya terperanjat. Bersukacitalah bersama Aku.

Dan membuat prajurit di kaki salib terperangah. Bersukacitalah bersama Aku.

Aku ingin mendengar bagaimana Engkau memikat orang banyak dengan cara-Mu berbicara. Bersukacitalah bersama Aku.

Dan mendengarkan ajaran-ajaran-Mu di sinagoga. Bersukacitalah bersama Aku.

Atau khotbah di bukit, tempat para hadirin merasakan Engkau sebagai Guru yang penuh wibawa. Bersukacitalah bersama Aku.