Jangan Menyesatkan Orang Lain

Senin, 11 November 2019 – Peringatan Wajib Santo Martinus dari Tours

431

Lukas 17:1-6

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, daripada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”

Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: “Tambahkanlah iman kami!” Jawab Tuhan: “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.”

***

Pada saat kerja kebun, alih-alih bekerja, seorang novis OFM malah bermalas-malasan. Ia hanya duduk-duduk santai di teras sambil membaca novel. Rupanya dirinya sedang galau, akibat rindu berat terhadap orang tuanya di kampung halaman. Teman-teman novis yang lain mula-mula diam saja. Namun, karena mulai kelelahan dan kepanasan, lama-kelamaan mereka iri juga. Satu-persatu mereka mulai bergabung, duduk-duduk di teras yang teduh, malah ada yang kemudian mengambil gitar dan bernyanyi-nyanyi. Berawal dari satu orang, pada akhirnya semua lalai dalam bekerja.

Pelanggaran yang dilakukan oleh orang pertama semula bersifat personal. Namun, pelanggaran personal rupanya bisa mempengaruhi orang-orang lain, sehingga mereka tergoda pula untuk melakukan hal yang sama. Demikianlah, selain melukai hati Allah dan merusak diri sendiri, dosa yang kita lakukan ternyata dapat pula mencelakakan orang lain.

Karena itu, dalam Injil hari ini, Yesus berbicara tentang penyesatan. Orang yang berbuat dosa bisa saja menjadi batu sandungan, sehingga membuat orang lain juga ikut melakukan kesalahan. Bagi Yesus, orang seperti ini harus dihukum berat.

Berhadapan dengan orang yang berbuat dosa, kita diajak untuk mengingatkan orang tersebut, bukannya malah ikut-ikutan berbuat dosa. Apabila karena teguran kita, ia menyesal dan meminta maaf, hendaknya kita memaafkannya. Saudara-saudari sekalian, pada hari ini, marilah kita belajar untuk mengampuni, belajar untuk tidak menghakimi, dan belajar pula untuk tidak ikut-ikutan berbuat dosa.