Membangun Pribadi

Selasa, 26 November 2019 – Hari Biasa Pekan XXXIV

217

Lukas 21:5-11

Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: “Apa yang kamu lihat di situ — akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Jawab-Nya: “Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.”

Ia berkata kepada mereka: “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.”

***

Melanjutkan renungan tentang persembahan janda miskin, hari ini kita diajak untuk merefleksikan pembangunan. Yesus memberi komentar tentang Bait Allah. Ia berkata, “Akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.”

Ketika ada kolekte untuk pembangunan gereja, umat biasanya dengan murah hati akan memberikan apa yang mereka miliki. Tidak bisa disangkal bahwa manusia membutuhkan tempat ibadah, tempat untuk berdoa yang layak dan nyaman, tempat kita bisa berkumpul dengan saudara-saudari seiman sebagai satu komunitas. Tempat itu perlu; bangunan itu dibutuhkan.

Namun, melihat banyak gedung gereja yang megah luar biasa, kita perlu juga bertanya, “Apakah kita sudah memperhatikan pembangunan yang lain?” Tentu yang dimaksud adalah pembangunan manusia, pembangunan dalam segala segi kehidupan, baik itu intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual. Jangan sampai kita sibuk membangun gedung dan melupakan pembangunan yang lebih penting, yaitu pembangunan jiwa-jiwa.

Kalau kita mau melihat dengan jujur, berapa anggaran yang dialokasikan untuk pembinaan dan kaderisasi anak, remaja, dan orang muda? Berapa banyak remaja dan orang muda yang tersentuh oleh program-program pembinaan? Tampaknya dana lebih banyak dicurahkan untuk upacara ritual karena lebih menarik dan jelas bentuknya dibandingkan program pembangunan manusia yang butuh proses dan penuh kerepotan.

Gedung gereja yang megah tidak ada artinya ketika diisi oleh manusia-manusia yang jiwanya kerdil dan tidak berkembang. Pembangunan fisik tetap diperlukan, namun pembangunan manusia lebih penting. Pembangunan iman, kedewasaan, dan spiritualitas menjadi keharusan untuk membentuk pribadi-pribadi yang bermutu. Lewat pembangunan pribadi-pribadi kristiani, Gereja akan mampu memberikan sumbangan konkret demi membangun kehidupan bersama yang lebih baik. Yesus mengajak kita untuk bertanya, pembangunan seperti apa yang sudah kita lakukan selama ini? Maukah kita repot mengusahakan pembangunan pribadi-pribadi, terlebih pribadi-pribadi muda di dalam Gereja Katolik?