Ambil Bagian dalam Karya Keselamatan Tuhan

Sabtu, 8 Februari 2020 – Hari Biasa Pekan IV

283

Markus 6:30-34

Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.

***

Kebanggaan seorang guru adalah kalau murid-muridnya berhasil. Seorang guru akan bercerita kepada siapa saja manakala mendengar tentang kesuksesan mantan muridnya. Lebih senang lagi kalau orang itu masih mengingat dan mengenalinya saat bertemu kembali.

Itulah kiranya yang dirasakan Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Murid-murid yang sebelumnya diutus untuk pergi ke berbagai tempat guna mewartakan Injil sekarang telah kembali. Dengan antusias dan penuh semangat, mereka berbagi cerita tentang hal-hal apa saja yang sudah mereka lakukan selama menjalankan tugas pengutusan. Intinya, tugas yang dipercayakan Yesus kepada mereka dapat mereka laksanakan dengan baik. Kuasa Yesus sungguh-sungguh bekerja melalui mereka.

Setelah itu, Yesus mengajak para murid untuk pergi ke tempat yang sunyi. Mereka lelah, sehingga perlu beristirahat dan menyegarkan diri. Sayangnya, orang banyak berhasil menemukan mereka. Tergerak oleh belas kasihan, Yesus tidak menolak kehadiran orang banyak itu. Ia pun mengajar mereka seperti seorang gembala yang setia menuntun domba-dombanya.

Sikap Yesus ini menjadi pelajaran bagi kita untuk menempatkan belas kasih di atas kepentingan pribadi. Sikap-Nya ini sungguh mengagumkan dan menjadi identitas sang Juru Selamat. Bagaimana dengan kita, murid-murid-Nya? Sudahkah hidup kita memancarkan belas kasih Allah? Sudahkah perbuatan-perbuatan kita menjadi inspirasi positif bagi hidup orang lain? Semoga semakin banyak orang diselamatkan berkat karya dan kehadiran Tuhan, dan semoga kita sebagai murid-murid Kristus masa kini turut ambil bagian dalam karya keselamatan tersebut.