Jangan Takut

Minggu, 8 Maret 2020 – Hari Minggu Prapaskah II

157

Matius 17:1-9

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka tampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. Kata Petrus kepada Yesus: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: “Berdirilah, jangan takut!” Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri.

Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.”

***

Virus Corona yang memakan banyak korban telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Pemerintah dan lembaga-lembaga terkait telah mengimbau dan merekomendasikan upaya-upaya untuk menjaga pola hidup yang sehat, seperti cuci tangan dengan sabun, menutup mulut jika batuk atau bersin, tidak menyentuh wajah dengan tangan yang kotor, segera berobat bila menderita sakit pada saluran pernapasan, dan berbagai anjuran lainnya. Tidak ketinggalan, sejumlah keuskupan juga telah mengeluarkan surat edaran terkait hal-hal teknis yang perlu diperhatikan oleh umat saat di lingkungan gereja atau saat beribadah.

Sayangnya, tidak dapat disangkal bahwa pemberitaan media-media justru banyak yang membuat masyarakat menjadi bingung, panik, dan takut. Salah satu dampak yang sungguh mengkhawatirkan adalah yang disebut panic buying: karena takut kehabisan, orang lalu beramai-ramai memborong barang-barang sehingga persediaan menjadi kosong. Ada pula yang kemudian mudah mencurigai orang lain, sehingga relasi persaudaraan menjadi renggang. 

Dalam situasi yang penuh dengan kekhawatiran ini, pemerintah dan lembaga-lembaga keagamaan mengeluarkan imbauan agar warga masyarakat tetap tenang, waspada, sambil menjaga pola hidup yang baik. Cari informasi atau referensi dari sumber yang dapat dipercaya agar tidak terhasut dan termakan kabar bohong. Pada saat-saat seperti ini, kita sebagai orang beriman juga hendaknya tetap selalu berdoa; tetap teguh dalam iman, harapan, dan kasih.

Dalam bacaan Injil hari ini dilukiskan perubahan suasana yang dialami para murid ketika mereka bersama Yesus di puncak gunung. Petrus, Yakobus, dan Yohanes pada awalnya mengalami kebahagiaan yang tak terkira karena melihat wajah Yesus yang bercahaya seperti matahari. Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi ketakutan karena tiba-tiba turun awan yang menaungi mereka. Yesus lalu menyentuh ketiga murid-Nya dan menguatkan mereka. Ia berkata, “Berdirilah, jangan takut.”

Demikianlah, hidup selalu berputar. Kadang kita di atas, kadang kita di bawah; kadang kita mengalami kebahagiaan, tetapi kadang pula kita ditimpa kesedihan; kadang kita begitu berani, kadang kita merasa takut, bahkan takut yang tidak beralasan. Ada banyak misteri dalam kehidupan ini yang tidak bisa kita pahami. Ketidakmampuan untuk memahami itulah, termasuk soal mewabahnya Virus Corona sekarang ini, yang menimbulkan kepanikan, ketakutan, bahkan sikap paranoid.

Wabah yang merajalela membuat hidup kita tidak tenang dan serba tidak jelas. Akan tetapi, sebagai orang beriman, kita diajak untuk tidak larut dalam kepanikan dan ketakutan. Sambil mengindahkan imbauan pemerintah dan Gereja, hendaknya kita juga senantiasa berdoa. Dalam doa, kita menemukan kekuatan. Kita percaya bahwa doa mengubah segala sesuatu sehingga menjadi baik dan lebih baik lagi.

Saudara-saudari sekalian, mari kita membiarkan diri dibimbing oleh Tuhan. Semoga dalam saat-saat yang berat ini, Tuhan membantu kita agar bisa merasakan kembali kedamaian dan kesejahteraan.