Pengkhianatan Yudas

Rabu, 8 April 2020 – Hari Rabu dalam Pekan Suci

367

Matius 26:14-25

Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.

Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: “Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus: “Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.

Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab: “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: “Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: “Engkau telah mengatakannya.”

***

Bacaan Injil hari ini antara lain berkisah tentang pengkhianatan Yudas versi Injil Matius. Diam-diam murid Yesus ini menemui imam-imam kepala untuk membuat kesepakatan rahasia. Ia hendak menyerahkan Yesus kepada mereka. Menilik perkataan Yudas – “apa yang hendak kamu berikan kepadaku” – tampaknya penginjil Matius berpendapat bahwa alasan Yudas mengkhianati gurunya adalah soal uang atau ketamakan.

Meskipun telah berkhianat, Yudas tetap percaya diri mengikuti perjamuan Paskah bersama Yesus. Namun, Yesus yang sanggup memahami isi hati manusia tentu saja tidak bisa dibohongi. Secara terbuka Ia menyatakan bahwa salah seorang murid-Nya akan menyerahkan Dia. Siapa orang itu? Yesus tidak memberi jawaban yang jelas.

Reaksi para murid boleh dibilang agak aneh. Mereka tidak marah mengetahui ada pengkhianat di antara mereka. Yang terasa justru perasaan sedih. Masing-masing bahkan bertanya-tanya apakah dirinya yang akan mengkhianati sang Guru. Situasi semakin sulit dan tampaknya tidak ada yang yakin bahwa dirinya bisa terus bersikap setia. Tanggapan Yudas? Ia memasang wajah lugu dengan ikut bertanya, “Bukan aku, ya Rabi?”

Sikap Yudas menunjukkan, godaan materi bisa mengubah pengabdian menjadi pengkhianatan. Demikian pula ancaman maut, sebagaimana tampak dalam kecemasan murid-murid lain. Karena itu, kita harus waspada agar panggilan kita sebagai murid Yesus tidak dibelokkan oleh segala sesuatu di sekitar kita. Ketika kita dibujuk untuk meninggalkan Dia, ingatlah bahwa Dia telah berbuat banyak demi keselamatan kita, termasuk dengan menyerahkan nyawa-Nya sendiri.