Jangan Takut

Senin, 13 April 2020 – Hari Senin dalam Oktaf Paskah

145

Matius 28:8-15

Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: “Salam bagimu.” Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”

Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.” Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.

***

“Jangan takut,” itulah sabda Yesus yang bangkit ketika menjumpai dan memberi salam kepada perempuan-perempuan yang menjenguk kubur-Nya. Salam dan kata-kata Tuhan yang bangkit itu mengingatkan kita pada salam yang diterima Maria (Luk. 1:30) dan peneguhan bagi Yusuf (Mat. 1:20). “Jangan takut,” itulah Paskah. Dalam menghayati misteri Paskah, Maria dan Yusuf adalah teladan. Mereka menerima, menggulati, dan menjadi saksi kekuatan sabda tersebut.

Santo Yohanes Paulus II meneguhkan umat beriman dalam homilinya. Ia berkata, “Jangan takut. Sabda ini merupakan unsur hakiki panggilan, sebab manusia pada umumnya mudah merasa takut. Manusia, bukan hanya takut dipanggil untuk hidup membiara, melainkan juga takut untuk menjalani kehidupan, tugas, profesi, dan perkawinan. Rasa takut sesungguhnya juga merupakan ungkapan rasa tanggung jawab, tetapi bukan tanggung jawab yang matang. Karena itu, manusia harus menerima panggilan, harus mendengarkan, harus menerima, harus mengukur kekuatannya, sehingga akhirnya menjawab ‘ya.’ Jangan takut akan kehidupan; jangan takut akan statusmu sebagai ibu; jangan takut akan perkawinanmu; jangan takut akan imamatmu. Jangan takut, sebab kita telah menemukan rahmat. Kepastian akan hal ini membantu kita sebagaimana telah membantu Maria.”

Marilah berdoa. Tuhan, Engkau beranjak pergi, masuk ke dalam kerinduan kami yang risau tak pernah tenang. Engkau beranjak pergi bersama kami menuju ke masa depan, memimpin dan mendampingi dalam perjalanan kami. Saat kami berjalan ke arah yang salah dan tersesat, utuslah Roh Kudus-Mu agar kami selalu menemukan keberanian dan kekuatan untuk berbalik dan bertobat, serta memulai dan menjajaki lagi jalan dan kemungkinan yang baru. Amin.

Diolah dari Paus Yohanes Paulus II, Doa dan Devosi (Jakarta: Penerbit Erlangga).