Kembali ke Galilea

Jumat, 17 April 2020 – Hari Jumat dalam Oktaf Paskah

292

Yohanes 21:1-14

Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: “Tidak ada.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.” Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.

***

Peristiwa yang dikisahkan oleh perikop ini adalah suatu mukjizat, tetapi semuanya tampak begitu biasa. Sesuai perintah Yesus, para murid melemparkan jala ke sisi yang lain, dan seketika mereka mendapatkan banyak ikan. Tidak ada orang lain yang menyaksikan peristiwa itu, tidak seperti kisah mukjizat di Kana atau mukjizat penggandaan roti dan ikan. Sementara itu, Yesus sendiri berada di pantai, menyiapkan sarapan bagi mereka. Demikianlah perikop ini begitu sederhana, tetapi menyenangkan. Dengan jelas di sini digambarkan bahwa Yesus amat memperhatikan murid-murid-Nya.

Apakah kita percaya bahwa Yesus memperhatikan kita? Sebelum peristiwa di Kana dan perjumpaan dengan Yohanes Pembaptis, Yesus menjalani hidup yang tersembunyi di Galilea, bersama dengan Maria, Yusuf, dan para tetangga. Ia melakukan hal-hal yang biasa saja, menjalani hidup sederhana dalam keluarga dan komunitas. Ia berdoa, bekerja, pergi ke sinagoga, dan mengadakan ziarah dengan orang-orang sedesa. Sabda sungguh menjadi daging. Ia sungguh hidup sebagai manusia, berakar di bumi dalam budaya, iman, dan relasi kasih. Karena itu, sesudah kebangkitan, Ia pun digambarkan kembali ke Galilea, hidup dalam kesederhanaan, dalam kebersamaan, dan dalam kerja.

Mengapa penginjil Yohanes menceritakan kisah yang sederhana namun menyentuh hati ini? Ia ingin agar kita ingat bahwa Yesus menjumpai kita di mana pun kita berada. Kita tidak harus melakukan hal-hal yang istimewa, kecuali mencintai dan melayani orang lain atas nama Yesus yang bangkit.

Kedengarannya sederhana, tetapi dalam kenyataan kiranya tidak demikian. Dalam hidup kita sehari-hari, konflik sering kali muncul dengan mudah, sementara relasi dengan orang lain sering kali sulit terjalin. Bagaimana saya dapat bekerja sama dengan orang lain? Bagaimana saya dapat mengembangkan persahabatan? Bagaimana saya dapat menerima hal-hal yang tidak terduga dan tidak terencana dalam hidup?

Diolah dari Jean Vanier, Tenggelam Dalam Misteri Yesus (Yogyakarta: Penerbit Kanisius).