Bertekun dan Bersaksi

Kamis, 28 Mei 2020 – Hari Biasa Pekan VII Paskah

163

Yohanes 17:20-26

“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”

***

Yesus berdoa untuk mereka yang percaya karena pewartaan para rasul agar mereka mengalami kesatuan yang penuh sebagai jemaat Allah. Kegigihan para rasul dalam mewartakan Injil menjadi tonggak meluasnya Gereja. Hati yang terbuka dari para penerima Injil turut mendukung penyebaran Gereja. Intinya, pembawa dan penerima warta injili bersinergi secara seimbang. Relasi yang seimbang itulah pembentuk kesatuan Gereja.

Kendati berada di dunia yang profan, Gereja tetap memiliki identitas khas yang lestari dan kokoh. Dalam bacaan Injil hari ini, kita melihat Yesus mengungkapkan kesatuan diri-Nya dengan Bapa, dengan para murid, juga dengan mereka yang percaya karena pewartaan para rasul. Kesatuan itu bisa terbentuk karena ada ketekunan dari setiap pribadi untuk memelihara iman.

Ketekunan adalah identitas murid-murid Yesus. Mereka dituntut untuk tekun menjadi saksi, dan itulah tugas pokok mereka. Ketekunan hendaknya menjadi strategi, cara, dan tindakan yang dipilih dalam pewartaan. Kalau mau sungguh menjadi murid Yesus, kita memang harus mau repot. Yesus saja bersedia repot-repot menjadi manusia demi menebus dosa-dosa kita. Karena itu, kita justru harus berbahagia kalau direpotkan oleh tugas tertentu atas nama Gereja. Itulah tanda bahwa kita bersungguh-sungguh mengikut Yesus.

Menjelang kematian, Yesus tetap bertekun dalam doa yang isinya mendoakan orang-orang yang beriman kepada-Nya. Ia tidak meminta jalan hidup-Nya sendiri dipermudah. Karena itu, marilah kita menyadari bahwa ketekunan akan membawa kita kepada kedewasaan kendati prosesnya sering kali tidak mudah.

Dalam masa pandemi Covid-19 ini, misalnya. Kita bisa berintrospeksi tentang ketekunan kita dalam menjalankan aturan dari pemerintah dan Gereja untuk tetap di rumah saja, untuk menghindari keramaian, untuk setia menjaga kesehatan, dan sebagainya. Apakah kita tekun menaati aturan-aturan tersebut? Apakah kita masih memiliki ketekunan dalam beribadah dan memiliki harapan kepada Allah? Apakah cara, strategi, dan tindakan yang kita pilih sudah efektif sehingga dapat dikategorikan sebagai karya pewartaan dan kesaksian murid Tuhan?