Menjalankan Tugas Kenabian

Kamis, 18 Juni 2020 – Hari Biasa Pekan XI

625

Matius 6:7-15

“Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di surga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]

Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”

***

Seorang nabi hidup dalam kuasa Roh Allah. Ia menunaikan tugas pengutusannya, yakni menghadirkan Allah yang hendak menyelamatkan umat-Nya. Dengan menegur umat yang bersalah, menyembuhkan mereka yang sakit, dan menghibur orang yang menderita, karya seorang nabi sungguh menyentuh aspek-aspek kehidupan manusia. Hidup manusia dipulihkan olehnya agar mereka kembali memiliki martabat luhur sebagai orang-orang yang dikasihi Allah.

Kebijaksanaan yang dimiliki seorang nabi berasal dari relasinya dengan Allah yang begitu intim. Ia menempatkan kesatuan itu dalam keseluruhan karya yang dilakukannya. Seorang nabi selalu mengusahakan waktu untuk hening agar ia mampu menangkap kehendak Allah, menghidupinya, serta menyingkirkan segala kepentingan pribadi. Ia pun tidak takut menghadapi segala ancaman dan tantangan yang menghadang. Karena melulu mengerjakan pekerjaan Allah, ia senantiasa merasakan penyertaan-Nya.

Semangat seorang nabi yang melulu melaksanakan kehendak Allah tercermin pula dalam doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus. “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” Bagi kita, murid-murid-Nya, doa ini mengajarkan kita untuk menghadirkan Kerajaan Allah dalam setiap gerak dan langkah hidup kita. Kasih, damai, persaudaraan, persatuan, bela rasa, dan pengampunan adalah kehendak Allah yang Ia tujukan kepada dunia. Jika hal-hal tersebut diupayakan oleh kita semua, pastilah kebahagiaan dan kesempurnaan hidup akan kita alami. Lalu, apa yang perlu kita lakukan?

Pertama, sadari bahwa sebagai orang Katolik, kita mengemban tugas seorang nabi sesuai dengan pekerjaan dan tugas pelayanan kita sehari-hari.

Kedua, selalu membuka diri akan daya Roh Kudus dengan menyediakan waktu untuk hening dan membangun relasi dengan Allah.

Ketiga, selalu bersikap tulus, bersukacita, dan bersemangat dalam menjalani hidup meskipun ada kesulitan atau tantangan.

Mari Saudara-saudari sekalian, kita menjadi nabi di mana kita tinggal, dalam kesempatan apa pun, dan dalam perjumpaan dengan siapa pun. Mari kita menghadirkan Allah dalam kehidupan manusiawi kita.