Siapa yang Harus Ditakuti

Minggu, 21 Juni 2020 – Hari Minggu Biasa XII

216

Matius 10:26-33

“Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.

Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun darinya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit.

Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di surga.”

***

Menjadi pengikut Yesus sering kali tidak mudah, apalagi ketika harus memberitakan Injil. Sejak semula Yesus mengingatkan bahwa orang yang mau mengikuti-Nya harus siap menanggung risiko. Bisa jadi mereka harus berhadapan dengan penolakan. Orang yang menolak kebenaran tentang Yesus juga akan menolak orang-orang yang percaya kepada-Nya. Penolakan ini bisa berupa tentangan secara verbal atau secara fisik, yaitu penganiayaan. Bisa jadi pihak-pihak yang menolak akan menghadapkan mereka pada pengadilan yang dapat menjatuhkan hukuman. Risiko paling tinggi yang harus mereka hadapi adalah pembunuhan. Berkaitan dengan kenyataan ini, Yesus meneguhkan hati para murid-Nya.

Yesus mengingatkan para murid-Nya, “Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” Ketika hidup di dunia, manusia itu kesatuan antara jiwa dan raga. Ketika mati, yang sebenarnya mati hanya tubuhnya, sedangkan jiwanya tetap hidup. Ketika orang membunuh sesamanya, ia hanya bisa membunuh raganya. Ia tidak dapat menyentuh atau melakukan apa pun terhadap jiwa orang yang telah dibunuhnya. Yesus mengingatkan agar para murid tidak takut pada manusia yang dapat membunuh mereka. Orang-orang itu hanya bisa membunuh raga, tetapi tidak dapat melakukan apa pun terhadap jiwa sesama mereka. Yesus menunjukkan kepada mereka bahwa jiwa jauh lebih berharga dari tubuh, dan keselamatan jiwa jauh lebih penting dari kesejahteraan raga. Jiwa manusia itu abadi dan tidak dapat mati, sedangkan raga hanya sementara dan hidupnya dibatasi oleh kematian.

Kemudian, Yesus menunjukkan kepada mereka siapa yang harus mereka takuti. “Takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” Yang harus mereka takuti bukanlah manusia, melainkan Allah. Sebab, hanya Allah yang memiliki kuasa bukan hanya atas tubuh manusia, tetapi juga atas jiwanya. Ia tidak hanya berkuasa untuk membuat raga manusia mati, tetapi juga berkuasa untuk melemparkan jiwa manusia ke dalam neraka. Manusia pasti akan mati, walaupun ia tidak mengetahui kapan hal itu akan terjadi. Ia harus memikirkan nasib jiwanya setelah raganya mati, jangan sampai dilemparkan ke dalam neraka. Apa yang harus dilakukan? Takutilah Allah yang berkuasa bukan hanya atas raga manusia, tetapi juga berkuasa atas jiwanya.

Neraka merupakan siksaan kekal untuk jiwa yang tidak berkenan pada Allah. Suasana penderitaan ini digambarkan sebagai api yang menyala-nyala secara abadi. Orang yang masuk ke dalamnya mengalami kepanasan yang hebat, tetapi tidak terbakar dan tidak mati. Agar para murid-Nya tidak dilemparkan ke dalam neraka, Yesus mengajar mereka agar takut kepada Allah karena Dia penuh dengan kasih dan menentukan hidup atau mati seluruh ciptaan-Nya. Takut akan Allah adalah rasa hormat yang disertai dengan ketaatan kepada-Nya. Para murid Yesus harus hormat kepada Allah karena Dia mahakuasa dan mahakasih. Sikap hormat itu diwujudkan dengan menaati kehendak-Nya karena percaya bahwa Allah mengasihinya dan menghendaki yang terbaik untuknya.

Manusia pada umumnya akan menghindari hal-hal yang membuatnya sakit dan menderita. Dalam kasus penganiayaan terhadap jemaat kristiani, para penganiaya membuat para pengikut Yesus mengalami rasa sakit dan penderitaan secara fisik dengan satu tujuan, yaitu supaya mereka menyangkal Kristus lalu meninggalkan iman akan Dia. Namun, Yesus tidak akan membiarkan para murid yang setia kepada-Nya menanggung penderitaan itu sendirian. Ia akan hadir dan menguatkan mereka sehingga sanggup menghadapi semua penderitaan yang mereka alami demi nama-Nya. Tuhan bahkan berkuasa untuk mengubah penderitaan itu menjadi sukacita, seperti yang dialami oleh para rasul. Mereka bersukacita ketika menghadapi penghinaan karena nama Yesus (Kis. 5:41).