Memikul Kuk Kehidupan

Minggu, 5 Juli 2020 – Hari Minggu Biasa XIV

872

Matius 11:25-30

Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

***

Ketika terimpit oleh begitu banyak persoalan yang menghampiri, kadang kita menjadi putus asa, mudah menyerah, dan bahkan mengambil keputusan pendek agar bisa membebaskan diri dari persoalan-persoalan tersebut. Di tengah situasi tragis yang melanda dunia, di mana pandemi Covid-19 semakin menakutkan ratusan juta orang di dunia, begitu banyak orang yang lelah karena kehilangan pekerjaan, tinggal di rumah saja sepanjang hari, tidak bisa melaksanakan liburan, atau karena hal-hal lain yang tidak berjalan seperti yang diinginkan. Banyak orang menjadi kurang akan kesabaran, dan lelah secara fisik, mental, maupun spiritual.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menawarkan jalan keluar untuk bisa bebas dari titik terendah kehidupan kita. Ia berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku…” Dengan ini, Yesus memberi kita jaminan sekaligus janji bahwa di hadapan Tuhan, seluruh letih lesu dan beban berat kita akan menjadi kelegaan dan sukacita yang mahadahsyat. Selain itu, berhadapan dengan situasi seperti sekarang ini, kita hendaknya tidak putus asa dan kehilangan harapan. Hendaknya kita bangkit dari setiap keterpurukan tanpa harus menghindarinya.

Kita mungkin bertanya-tanya, apa yang dimaksud Yesus dengan berkata “pikullah kuk yang Kupasang”? Dalam tradisi pertanian, kuk diletakkan di leher dua ekor sapi atau kerbau yang bersama-sama menarik bajak. Sejatinya selalu dibutuhkan sepasang hewan untuk memikul sebuah kuk. Melalui ungkapan tersebut, Yesus mengundang kita untuk mau bekerja sama dengan-Nya. Hendaknya kita membiarkan diri-Nya untuk ikut memikul beban hidup kita. Memikul kuk bersama Kristus berarti siap mengasosiasikan dan mengidentifikasi diri kita dengan diri-Nya, takdir kita dengan takdir-Nya, visi kita dengan visi-Nya, dan misi kita dengan misi-Nya. Kita tidak bisa memanggul kuk sendirian dan hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri, tetapi bersama Kristus dan dengan kekuatan yang datang dari-Nya. 

Di tengah pandemi yang menghantui ini, mari kita selalu ingat akan pesan Yesus bahwa di tengah lelahnya kehidupan, jangan pernah lupa menyerahkan seluruh keluh kesah kita kepada-Nya. Kita perlu menaruh kepercayaan penuh kepada Tuhan karena Ia tahu apa yang terbaik bagi kita. Sebagai seorang beriman, kita seharusnya tidak pernah lupa bahwa kita terikat dalam dan dengan Kristus. Mohonlah terang dan kekuatan dari-Nya untuk mengingat bahwa tidak ada masalah yang kita hadapi hari ini yang tidak dapat diselesaikan dengan campur tangan-Nya. Ketika kita berada pada titik terendah kehidupan kita, kepada siapakah kita berpaling? Apakah kita terus menaruh harapan pada kekuatan kita sendiri? Kerendahan hati dan kelemahlembutan Kristus memberi kita teladan untuk tidak berpegang pada kekuatan sendiri. Di sinilah kuk sungguh-sungguh menjadi mudah dan segala beban kita pun menjadi ringan.