Cara Hidup Pengikut Yesus

Senin, 13 Juli 2020 – Hari Biasa Pekan XV

212

Matius 10:34 – 11:1

“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya darinya.”

Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.

***

Salah satu gelar yang diberikan kepada Yesus adalah Raja Damai. Namun, Yesus sendiri hari ini bersabda, “Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” Perkataan ini tampak bertentangan dengan gelar Yesus sebagai Raja Damai. “Pedang” menunjuk pada alat untuk memotong agar sesuatu terpisah. Perpisahan yang disebut di sini adalah putusnya hubungan keluarga.

Salah satu konsekuensi menjadi pengikut Yesus adalah berpisah dengan orang tua atau saudara terdekat. Ini sungguh tantangan yang sangat berat. Seorang pengikut Yesus harus berani melepaskan segala-galanya demi Dia. Ini bukan hanya soal pekerjaan dan kemapanan, melainkan juga orang-orang yang terkasih. Singkatnya, mengikut Yesus harus berada di atas segala-galanya. Selain itu, menjadi pengikut Yesus juga harus memikul salib.  Memanggul salib berarti menerima risiko yang sangat berat. Mengikuti cara hidup Yesus memang bukan perkara mudah. Dibutuhkan niat yang kuat, yang didasari oleh hati yang tulus.

Syarat mengikut Yesus memang berat, yakni berani kehilangan apa saja. Ini merupakan tawaran dan pilihan. Di satu sisi, hidup kita memang kemudian penuh dengan tantangan; tetapi di sisi lain, dengan itu kita keluar dari sendiri dan membangun cinta yang inklusif.  Dengan lepas dari segala keterikatan, kita menegaskan bahwa cinta kepada Allah di atas segalanya. Kita mencintai Allah, sekaligus juga mencintai sesama.

Dengan rela memanggul salib kehidupan, kita ambil bagian dalam menyembuhkan luka-luka akibat dosa, ambil bagian dalam penyelamatan dunia dengan cara memperhatikan orang-orang yang berkekurangan, miskin, dan terpinggirkan yang ada di sekitar kita. Setiap hari kita membuat tanda salib. Artinya, selain mengimani Allah Tritunggal, kita juga siap menerima salib kehidupan yang datang setiap hari. Bagia sebagian orang, salib adalah tanda yang hina dan bahan olok-olok. Namun, bagi pengikut Kristus, salib merupakan kebanggaan karena melalui salib, manusia diselamatkan dan dipulihkan kembali kepada Bapa. Dengan salib, kita mengalami Paskah.