Mengubah Cara Pandang

Jumat, 11 September 2020 – Hari Biasa Pekan XXIII

180

Lukas 6:39-42

Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?

Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.

Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

***

Kebiasaan nyinyir alias berkomentar negatif alias mengungkap keburukan-keburukan orang lain dengan nada sinis sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat kita. Hal itu tidak hanya kita dapatkan langsung secara verbal, tetapi banyak juga kita jumpai di sosial media. Orang kerap kali mengomentari orang lain seenaknya, padahal dia sendiri tidak tahu masalah yang sebenarnya. Karena perasaan tidak suka, matanya tertutup untuk melihat kebaikan, sehingga ia dengan mudah mengobral keburukan-keburukan orang lain. Sebagaimana kacamata berpengaruh pada bagaimana seseorang memandang orang lain di sekitarnya, demikian pula hati dan persepsi kita berpengaruh pada cara kita memandang orang lain.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengkritik keras orang-orang yang munafik. “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” Yesus tahu persis kelemahan manusia yang begitu mudah berkomentar negatif dan melihat kesalahan orang lain. “Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?” demikian teguran dari-Nya.  

Cara memandang orang lain akan berubah ketika seseorang mampu melihat dirinya sendiri dan menyadari ada yang keliru dengan cara pandangnya itu. Mengenali balok pada mata kita sendiri daripada melihat selumbar pada mata orang lain; inilah yang ditekankan oleh Yesus! Hendaknya kita mampu menemukan dan merefleksikan apa yang menutup mata kita sehingga tidak mampu melihat kebaikan orang lain, apa yang membuat kita tidak mampu memberi apresiasi kepada orang lain.

Saudara-saudari yang terkasih, ke-aku-an dan ego kita sering kali begitu besar, sehingga menutupi cara pandang kita terhadap orang lain. Pandangan bahwa kita ini baik, sedangkan orang lain tidak baik juga sering kali membuat kita tertutup, sulit untuk melihat kebaikan-kebaikan sesama. Hari ini Yesus mengajak kita semua untuk berani masuk ke dalam diri kita sendiri. Yesus mengundang kita untuk mampu berefleksi dan berintrospeksi, sehingga pada akhirnya berani mengakui adanya balok yang menghalangi pandangan kita. Bagaimana, apakah ada balok pada mata kita? Sadari dan singkirkanlah itu terlebih dahulu agar kita jernih dalam memandang orang lain.