Salib sebagai Ungkapan Kreatif Kasih Allah terhadap Manusia

Senin, 14 September 2020 – Pesta Salib Suci

232

Yohanes 3:13-17

“Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain dari Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia.

Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”

***

Tanda berupa garis vertikal yang bertemu pada satu titik dengan garis horizontal umum dijumpai di sekitar kita. Dalam ilmu matematika, misalnya, tanda penjumlahan dan perkalian bentuknya seperti itu. Tanda salib di kalangan umat kristiani juga berbentuk demikian. Tanda ini bagi kita memiliki makna khusus yang sangat mendalam, sebab mengacu pada sumber keselamatan kita, yakni Yesus yang tersalib. Makna khusus salib inilah yang hari ini diperingati oleh Gereja.

Salib adalah ungkapan kasih Allah kepada manusia. Ia mengasihi manusia dan tidak mau manusia terpisah dari-Nya karena dosa. Kasih itu Ia ungkapkan dengan cara yang sangat kreatif dan tak terduga, yakni dengan wafat di kayu salib. Inilah ungkapan kasih yang tertinggi. Allah yang mengasihi kita berkenan memberikan Putra-Nya yang tunggal kepada kita. Dengan ini, Ia menegaskan bahwa Ia hadir bukan untuk menghakimi, melainkan untuk menyelamatkan kita semua.

Namun, mengapa harus melalui salib? Banyak di antara kita belum memahami ungkapan kasih Allah tersebut. Allah berkehendak untuk masuk ke dalam pergulatan hidup kita, agar kita mengerti makna terdalam dari kasih. Pilihan atas salib merupakan pilihan yang kreatif, out of the box, pilihan yang mengundang kita semua untuk mengingat dan menghayatinya secara terus-menerus. Salib suci adalah jalan bagi Allah untuk mempersatukan diri-Nya dengan manusia. Kasih itu menyatukan, alih-alih memisahkan. Itulah yang Ia kehendaki dalam hidup kita.

Pesta Salib Suci yang kita rayakan hari ini menegaskan bahwa misteri salib adalah bagian dari misteri kehidupan manusia. Perjalanan hidup kita tidak pernah terlepas dari kesalahan dan dosa. Ini karena kita berada di dunia, sehingga sering terdorong untuk mengikuti keinginan-keinginan duniawi. Namun, justru di dunia ini pula, Allah berkehendak untuk menegakkan keselamatan supaya kita semua bersatu dengan-Nya. Salib di satu sisi berdiri tegak dan terarah kepada Allah, tetapi di sisi lain juga merentang ke seluruh penjuru bumi. Dengan melihat salib, kita menatap Allah, sekaligus merangkul sesama.

Kita masing-masing memiliki salib yang harus kita panggul. Inilah undangan bagi kita untuk memberikan diri kita kepada sesama. Apa yang dapat kita berikan kepada sesama kita? Tidak harus hal-hal yang besar dan luar biasa, wujud pemberian diri kita dapat berupa hal-hal yang kecil dan sederhana. Allah mengasihi kita dengan kreatif, kita pun hendaknya mengasihi sesama dengan kreatif. Pada akhirnya, kita juga diajak untuk menyatukan salib kita dengan salib Yesus di Golgota. Memanggul salib memang berat dan tidak mudah, tetapi dengan itu kita akan diantar kepada kemuliaan.