Bertemu dengan Yesus

Kamis, 24 September 2020 – Hari Biasa Pekan XXV

164

Lukas 9:7-9

Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.

***

“Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan” (Luk. 12:51). Perkataan Yesus tersebut sering kali membuat orang terkejut, sebab selama ini terpatri dalam benak mereka bahwa Yesus adalah sang Raja Damai. Bukankah Raja Damai sudah seharusnya membawa perdamaian di muka bumi, bukan pertentangan? Bacaan Injil hari ini dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Hidup dan karya para utusan Tuhan sering kali dipersulit oleh orang-orang berdosa. Karena tidak mau mengikuti kehendak Tuhan, orang-orang ini menggunakan kekuatan mereka untuk menganiaya hamba-hamba-Nya. Itulah yang dialami Yohanes Pembaptis. Ia dijebloskan ke dalam penjara karena berani mengkritik Herodes yang mengawini Herodias, istri saudaranya sendiri (Mat. 14:1-12). Yang tidak terima mendengar kecaman itu justru Herodias. Ia mencari cara untuk menyingkirkan Yohanes. Memanfaatkan kecerobohan Herodes yang sembarangan bersumpah, kesempatan itu akhirnya datang juga. Herodias menuntut “kepala Yohanes Pembaptis di atas piring.” Memenuhi permintaan tersebut, Herodes akhirnya memerintahkan agar Yohanes dibunuh.

Mendengar kemunculan Yesus, Herodes merasa cemas. Masyarakat membandingkan Yesus dengan Elia, dengan salah seorang nabi, juga dengan Yohanes Pembaptis yang sudah dibunuh olehnya. Herodes pun bertanya-tanya, siapa Yesus sebenarnya? Di balik kecemasan tersebut ada perasaan tidak aman dalam diri Herodes. Yesus dilihat sebagai ancaman yang membahayakan takhtanya. Karena itu, hasrat sang raja untuk bertemu dengan Yesus sama sekali tidak didasari keinginan untuk mengenal dan dekat dengan-Nya. Herodes hanya sekadar ingin melihat Yesus mungkin karena penasaran, mungkin juga dalam rangka mengawas-awasi diri-Nya.

Kehadiran Yesus membawa damai bagi orang-orang yang bersedia membuka diri mereka terhadap sapaan Tuhan. Namun, bagi orang-orang yang menolak Tuhan, kehadiran-Nya adalah sumber kecemasan dan ketidaknyamanan. Tentu saja demikian, sebab Yesus tidak segan-segan mengkritik dengan keras kaum pendosa yang tidak mengakui kedosaan mereka, kaum pendosa yang tidak mau bertobat.

Sekarang terpulang kepada kita masing-masing, di pihak manakah kita? Apakah kita tergolong orang-orang yang melihat Yesus sebagai pembawa damai? Ataukah sebaliknya, kita melihat Yesus sebagai pengganggu, sebab apa yang Ia katakan bertentangan dengan tingkah laku kita sehari-hari? Meskipun di KTP tertulis bahwa kita ini murid-murid Yesus, jika tingkah laku kita tidak sesuai dengan ajaran-Nya, ketahuilah bahwa Yesus tidak berkenan. Ini sama saja kita hanya sekadar ingin masuk dalam kelompok-Nya, tetapi tidak mau mengenal Dia dengan baik. Mari kita segera memperbaiki diri dan mengikut Yesus dengan sungguh.