Berhati-hati dalam Mengelola Pelayanan

Jumat, 20 November 2020 – Hari Biasa Pekan XXXIII

128

Lukas 19:45-48

Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”

Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.

***

“Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” Yesus mengutip perkataan Nabi Yeremia ini untuk menegaskan bahwa Bait Allah telah dibuat cemar oleh umat Allah sendiri. Mereka telah mengubah rumah doa itu menjadi tempat perdagangan. Di sana dijual hewan-hewan kurban, bahan-bahan persembahan; mereka juga menjadikan tempat itu tempat penukaran uang. Hal ini tentu melibatkan elite Yahudi. Sikap mereka yang korup sangat memungkinkan terjadinya pemerasan dan kejahatan lainnya. Oleh karena itu, Yesus mengusir para pedagang di situ. Ia ingin mengembalikan fungsi Bait Allah sebagai rumah doa.

Tindakan Yesus ini menjadi peringatan bagi kita untuk berhati-hati dalam mengelola pelayanan kita. Jangan sampai kita menjadikan pelayanan sebagai ladang usaha. Penyimpangan dalam pelayanan biasa bermula dari ketidakmatangan pribadi sang pelayan: Entah karena kelemahan pribadi yang bersangkutan ataupun karena ketidakmampuan dirinya dalam melawan godaan.

Oleh karena itu, kita perlu mengenal diri kita secara mendalam, khususnya kelemahan-kelemahan kita. Sering kali kita digoda pada titik lemah kita. Kalau tidak awas, kita akan mudah goyah dan jatuh. Pengenalan diri yang baik membuat kita semakin tahu menjaga diri sendiri. Kita bisa melihat bahaya yang mengancam dan godaan yang datang, sehingga berkesempatan untuk menghindar atau memperkuat diri.

Sehubungan dengan itu, kita harus bersikap disiplin dan tegas. Kita harus berlatih dengan sungguh-sungguh agar memiliki dua sikap penting tersebut. Kalau disiplin dan tegas sudah menjadi kebiasaan, kita akan aman. Ketika berhadapan dengan godaan yang menarik sekalipun, kita akan dimampukan untuk berkata “tidak.”

Saudara-saudari sekalian, sambil tidak lupa berdoa memohon pertolongan Tuhan, mari kita berusaha menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting.