Yesus dan Hana

Rabu, 30 Desember 2020 – Hari Keenam dalam Oktaf Natal

473

Lukas 2:36-40

Lagi pula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.

***

Lukas mengakhiri kisahnya tentang penyerahan bayi Yesus di Bait Allah dengan menampilkan seorang nabiah bernama Hana. Kisah ini sangat mungkin dimaksudkan untuk menghadirkan dua saksi, yakni Simeon dan Hana, terkait dengan peristiwa penyunatan Yesus dan penyerahan-Nya kepada Allah.

Hana dilukiskan sebagai anak perempuan Fanuel dari suku Asyer, suku dari Kerajaan Utara, yang disebutkan terakhir dalam berkat Musa (Ul. 33:24-25). Ia telah menjadi janda dan membaktikan hidupnya untuk memuji dan melayani Allah di Bait-Nya (1Tim. 5:5). Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah; siang malam ia beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Semua gambaran ini memperlihatkan kesalehan Hana sebagai orang Yahudi, sama seperti Simeon.

Namun, berbeda dengan Simeon yang dituntun oleh Roh Kudus untuk datang pada saat Yesus dipersembahkan, Hana ada di Bait Allah saat Yesus dipersembahkan di sana. Hatinya dipenuhi sukacita ketika melihat Anak yang telah lama dinantikan oleh nenek moyangnya. Ia mengucap syukur kepada Allah dan berbicara di hadapan publik tentang Yesus. Apa persisnya yang ia katakan tidak dikutip oleh Lukas. Namun, diasumsikan oleh beberapa penafsir bahwa Hana menekankan kembali nubuat Simeon tentang Yesus sebagai pembawa keselamatan Allah yang memberi terang bagi bangsa-bangsa lain dan kemuliaan bagi orang Israel. 

Setelah melaksanakan semua ketentuan Hukum Tuhan mengenai seorang anak, Maria dan Yusuf kembali ke kota kediaman mereka, yakni Nazaret di Galilea. Yesus bertambah besar, menjadi kuat, penuh hikmat, dan anugerah Allah ada pada-Nya. Gambaran ini berfungsi sebagai peralihan dari masa kanak-kanak Yesus ke masa dewasa. Karena serupa dengan kisah kelahiran Samuel (bdk. 1Sam. 2:21, 26), Lukas tampaknya mengikuti kisah kelahiran Samuel dalam menuliskan kisah kanak-kanak Yesus. Tidak hanya disejajarkan dengan Samuel, Lukas juga menggambarkan Yesus seperti Yohanes Pembaptis (bdk. Luk. 1:80).

Dari kisah tentang Hana ini, kita diundang untuk meneladan sikap dan tindakannya yang saleh. Hana menyembah Tuhan siang dan malam, berpuasa, dan berdoa. Meskipun Lukas tidak mencatat sepatah kata pun terkait dengan doanya, Hana sangat mungkin bersyukur kepada Tuhan dan berbicara tentang bayi Yesus kepada semua orang yang menantikan penebusan Yerusalem.