Kesaksian Yohanes Pembaptis

Sabtu, 2 Januari 2021 – Peringatan Wajib Santo Basilius Agung dan Gregorius dan Nazianze

590

Yohanes 1:19-28

Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: “Siapakah engkau?” Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: “Aku bukan Mesias.” Lalu mereka bertanya kepadanya: “Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?” Dan ia menjawab: “Bukan!” “Engkaukah nabi yang akan datang?” Dan ia menjawab: “Bukan!” Maka kata mereka kepadanya: “Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?” Jawabnya: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya.”

Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. Mereka bertanya kepadanya, katanya: “Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?” Yohanes menjawab mereka, katanya: “Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian daripada aku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”

Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis.

***

Yohanes Pembaptis memperkenalkan dirinya bukan sebagai salah satu dari tiga figur – Mesias atau Kristus, Elia (Mal. 4:5), seorang nabi (Ul. 18:15) – yang oleh orang Yahudi dinanti-nantikan akan datang kembali pada akhir zaman, melainkan sebagai suara yang berseru-seru di padang gurun.

Dia adalah suara di padang gurun yang disebutkan dalam Yes. 40:3-5, yang memanggil orang untuk mempersiapkan jalan bagi YHWH yang akan datang. Ungkapan “mempersiapkan jalan” adalah kiasan untuk pertobatan yang dituntut oleh Allah dalam kehidupan kita. Dengan memperkenalkan diri sebagai suara yang berseru-seru, Yohanes Pembaptis tampaknya ingin menampilkan dirinya sebagai pewarta kedatangan Tuhan. Itulah sebabnya, dia harus berseru-seru atau bersaksi tentang suatu peristiwa di masa yang akan datang, yakni kedatangan Tuhan.

Para utusan pemimpin Yahudi dari Yerusalem tampaknya tidak terkesan dengan perkenalan diri Yohanes Pembaptis. Jika bukan Mesias, bukan Elia, bukan pula nabi yang akan datang, mengapa dia membaptis orang? Otoritas apa yang ia miliki sehingga membaptis orang di Sungai Yordan? Menjawab pertanyaan itu, Yohanes berkata, “Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian daripada aku.” Melalui jawaban itu, secara tidak langsung Yohanes menekankan bahwa otoritasnya untuk membaptis berasal dari seorang figur yang sangat berkuasa, tetapi tidak mereka dikenal (Yoh. 1:10). Ditekankan pula bahwa dirinya hanya membaptis dengan air yang tidak berdampak pada pengampunan dosa. Pengampunan dosa datang dari Dia yang datang kemudian sesudah dirinya. 

Yohanes Pembaptis juga merasa tidak layak bahkan untuk membuka tali kasut sosok yang sangat berkuasa tersebut, padahal ini adalah pekerjaan seorang budak yang paling rendah. Melalui pengakuan ini, Yohanes menekankan otoritas Yesus yang jauh lebih besar dan lebih berkuasa darinya. Dengan ini, sosok Yohanes Pembaptis ditampilkan sebagai model bagi para saksi Kristus. Sebagai saksi Kristus, kita juga dipanggil untuk mewartakan kedatangan dan keagungan Tuhan dengan rendah hati, bukan mewartakan kehebatan diri kita sendiri.