Puasa adalah Sarana

Jumat, 19 Februari 2021 – Hari Jumat Sesudah Rabu Abu

193

Matius 9:14-15

Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”

***

Latihan Rohani Santo Ignasius Loyola dalam bagian “Asas dan Dasar” mengajak setiap orang untuk mampu membedakan mana yang menjadi tujuan hidup dan mana yang hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Dalam kenyataan, banyak orang memang mengalami kesulitan untuk memilah kedua hal tersebut. Banyak orang juga bingung ketika harus memilih apa yang menjadi tujuan hidup mereka. Banyak kali apa yang seharusnya menjadi sarana justru dimengerti dan diperjuangkan sebagai tujuan. Contohnya saja uang. Uang yang mestinya adalah sarana untuk kualitas hidup yang lebih baik malah sering diperjuangkan mati-matian sebagai sebuah tujuan.

Begitu juga dengan puasa yang menjadi tema bacaan Injil hari ini. Puasa itu tujuan atau sarana? Orang yang menghayati puasa sebagai tujuan akan berjuang mati-matian dengan menyingkirkan segala sesuatu yang bisa membuat puasanya itu tidak lancar. Ia tidak peduli dengan orang lain, termasuk kalau perlu menutup warung-warung makan agar tidak mengganggu konsentrasinya dalam berpuasa. Berbeda halnya dengan orang yang menjalani puasa sebagai sarana. Puasa olehnya dilihat sebagai jalan untuk mati raga, mengosongkan diri, mengalahkan ego, agar ia dapat semakin dekat dengan Tuhan dan semakin mampu mencintai sesama. Yang utama bukan puasanya, melainkan tujuannya yang mulia.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus memperjelas dan mempertegas makna puasa kepada orang-orang yang mempertanyakannya. Murid-murid Yohanes yang melihat puasa secara legalis menjalankan puasa sebagai tujuan. Tidak peduli apa makna dan tujuan puasa, pokoknya dijalankan saja! Banyak orang zaman sekarang masih berpandangan seperti itu. Karenanya, Yesus di sini menegaskan bahwa perjumpaan dan relasi dengan Tuhan jauh lebih utama daripada aturan puasa. Manusia bukan untuk Sabat, melainkan Sabat untuk manusia!

Saudara-saudari yang terkasih, selama masa Prapaskah ini, kita sebagai umat kristiani menjalankan pantang dan puasa. Tidak sedikit dari kita yang jatuh dalam pandangan bahwa pantang dan puasa sebatas kewajiban belaka. Makna dan tujuannya dilupakan, sehingga malah dipakai untuk menghakimi orang lain yang tampaknya tidak berpuasa. Sekali lagi, puasa bukanlah tujuan. Puasa adalah sarana dan kesempatan bagi kita agar semakin mampu menguasai ego dan nafsu, sehingga semakin dapat mengandalkan Tuhan dan mencintai sesama. Selamat berpantang dan berpuasa dengan motivasi dan tujuan yang benar!