Para Pejuang Kebenaran

Jumat, 26 Maret 2021 – Hari Biasa Pekan V Prapaskah

114

Yohanes 10:31-42

Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah — sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan -, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”

Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.

Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: “Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.” Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.

***

Hukuman salib yang diterima Yesus merupakan konsekuensi logis dari apa yang diperjuangkan-Nya dalam menjunjung tinggi kebenaran. Demi memperjuangkan kebenaran dan keadilan, Yesus bertabrakan dengan tembok-tembok kekuasaan, yakni para pemimpin agama, pemegang kekuasaan politik setempat yang mau mengambil simpati publik, juga penjajah Romawi diwakili Pontius Pilatus yang ingin melanggengkan kekuasaannya. Mereka bersekongkol membuat tuduhan palsu bagi Yesus bahwa Ia telah melakukan penistaan agama.

Dari zaman dahulu, isu agama rupanya sudah sering dipakai untuk memancing sentimen publik. Orang Yahudi berkata, “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah.” Begitulah bila teks-teks hukum dipakai untuk menjatuhkan orang. Teks-teks tersebut dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga nantinya Yesus dihukum mati. Rakyat banyak yang berseru-seru, “Salibkan Dia,” adalah massa yang secara emosional terpancing narasi ciptaan para pemimpin agama yang telah memanipulasi kebenaran demi kepentingan sendiri. 

Mengapa tidak ada yang membela Yesus? Mengapa Yesus berjuang sendiri? Perjuangan demi kebenaran dan keadilan memang sering kali membuat orang benar-benar sendirian. Tidak jarang, bahkan teman dan sahabat sendiri turut menyerukan agar kita “disalibkan”. Jauh sebelum Yesus, banyak nabi juga mengalami nasib yang sama. Salah satunya adalah Nabi Yeremia yang penderitaannya dapat kita dengarkan dalam bacaan pertama hari ini (Yer. 20:10-13).

Seorang pejuang kebenaran sering mengalami kesendirian. Jika kita mengalaminya, semoga situasi itu justru mendekatkan kita kepada Tuhan. Dia yang mengutus kita pasti akan senantiasa menyertai dan memberkati perjuangan kita.