Matius 19:13-15
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga.” Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ.
***
Aksi sekelompok orang yang mengklaim bahwa surga milik mereka belakangan ini rasanya semakin gencar saja. Kata mereka, berhubung mereka ini umat Allah yang sejati, merekalah yang kelak pasti akan masuk surga. Dengan nada merendahkan, orang lain mereka sebut sebagai kafir, dan tentu saja tempat bagi orang seperti itu bukanlah di surga, sekalipun yang bersangkutan adalah orang baik yang tidak pernah melakukan korupsi. Luar biasa. Dengan konsep seperti itu, mereka menjadikan surga tempat yang tidak menarik untuk dihuni. Bagaimana tidak, isinya melulu orang-orang egois yang mau menang sendiri.
Namun, Yesus punya pendapat lain. Menurut-Nya, Kerajaan Surga merupakan milik orang yang seperti anak-anak. Pandangan ini dikemukakan Yesus di Mat. 19:13-15 setelah sebelumnya Ia berbicara tentang perkawinan, perceraian, dan hidup selibat sepanjang Mat. 19:3-12. Dalam kedua bagian tersebut, Yesus mengungkapkan pandangan baru mengenai sejumlah isu yang berkaitan dengan situasi masyarakat saat itu. Tergambar pula di sini posisi jemaat Kristen paruh akhir abad pertama yang berseberangan dengan pandangan orang Yahudi menyangkut hal-hal tersebut.
Sejumlah orangtua dengan sukacita membawa anak-anak mereka kepada Yesus untuk didoakan dan diberkati. Namun, mereka justru dimarahi oleh murid-murid Yesus yang kali ini tampil sebagai dinding penghalang. Sikap para murid menggambarkan perlakuan masyarakat pada umumnya terhadap anak-anak. Mengingat usia yang masih belia, anak-anak dianggap tidak tahu apa-apa dan tidak dilihat sebagai pribadi yang utuh. Yang mereka tahu cuma berisik dan lari ke sana kemari saja. Dengan niat baik, para murid bermaksud menjaga Yesus agar tidak terganggu oleh keributan akibat jerit tangis anak-anak.
Para murid rupanya lupa bahwa Yesus sebelumnya pernah berkata, “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku” (Mat. 18:5). Bagi Yesus, seorang anak layak dihargai dan pantas mendapat perhatian serius. Kerajaan Surga justru menjadi milik orang seperti mereka. Menurut suatu tafsir, yang menjadi perhatian di sini bukan sifat anak-anak yang lugu dan polos, melainkan tingkah laku mereka yang selalu gembira menerima segala sesuatu sebagai anugerah. Begitulah kiranya orang yang pantas masuk ke dalam surga, yakni orang yang dengan rendah hati mengakui bahwa hal itu terjadi karena kebaikan Allah, bukan karena dirinya berjasa, bukan pula karena dirinya suci tanpa noda.
Karena itu, Yesus dengan senang hati menerima anak-anak tersebut dan memberkati mereka. Konsistensi Yesus ditegaskan di sini. Sebelumnya, Yesus membela kaum perempuan yang selalu menjadi korban kalau terjadi perceraian (Mat. 19:3-9). Ia juga membela mereka yang hidup selibat dengan menyatakan kesejajaran antara orang yang menikah dan yang tidak menikah (Mat. 19:10-12). Sekarang, anak-anak yang dipandang sebagai makhluk lemah Ia jadikan lambang keterbukaan Kerajaan Surga.
Kalau Allah, sang penguasa surga, menerima kehadiran siapa saja di rumah-Nya dengan tangan terbuka, siapakah kita sehingga berani-beraninya melarang orang yang begini atau orang yang begitu untuk menginjakkan kakinya di sana? Jangan-jangan kita menganggap diri kita lebih berkuasa dari Yang Mahakuasa. Karena itu, kalau ada yang bersikap demikian, jangan diambil hati. Lebih baik kita fokus menata diri sendiri agar didapati layak di hadapan Allah. Jangan lupa bersikap seperti anak-anak, yakni dengan menyambut kehadiran-Nya dengan penuh sukacita. Kita diizinkan berbahagia bersama-Nya bukan sebagai balas jasa atas segala jerih payah kita, tetapi semata-mata karena Ia sungguh mengasihi kita.