Menurut Kamu, Siapakah Aku Ini?

Minggu, 27 Agustus 2017 – Hari Minggu Biasa XXI

12204

Matius 16:13-20

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.” Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias.

***

Orang luar sering menyebut kita sebagai orang Nasrani karena kita menjadi pengikut Yesus dari Nazaret. Sementara kita sendiri lebih sering menyebut diri sebagai orang Kristen (Kis. 11:26), artinya pengikut Yesus Kristus. Sebagai pengikut berarti kita berjalan bersama dan di belakang Yesus Kristus. Karena berjalan bersama-Nya, kita diharapkan makin hari makin mengenal Tuhan Yesus secara pribadi.

Pengenalan akan pribadi-Nya inilah yang ditanyakan oleh Yesus kepada para murid-Nya. Dia bertanya ketika mereka berada di Kaisarea Filipi, sebuah kota yang dibangun oleh Raja Filipus untuk menghormati Kaisar Romawi. Pertama-tama, Yesus menanyakan pendapat orang-orang luar tentang siapa diri-Nya. Dia menyebut diri-Nya sebagai Anak Manusia, seorang pribadi misterius yang dinubuatkan dalam Dan. 7 yang mendapatkan kekuasaan yang besar. Sejauh para murid mendengar dan menangkap, orang-orang luar menganggap Yesus sebagai Yohanes Pembaptis yang telah dibunuh oleh Herodes Antipas (Mat. 12:1-12), atau Nabi Elia yang dinantikan kedatangannya, atau Nabi Yeremia yang banyak mendapatkan perlawanan dari para pemimpin Yahudi pada masanya, atau sebagai penerus dari salah satu nabi.

Selanjutnya, Yesus bertanya kepada kedua belas rasul yang telah dipanggil dan terus mengikuti-Nya: “Menurut kalian, siapakah Anak Manusia ini?” Pertanyaan ini ditujukan kepada mereka semua. Namun, hanya Simon Petrus yang menjawab, bisa jadi mewakili teman-temannya,  “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Mesias adalah gelar dan sebutan yang lebih dari sekadar nabi menurut kata orang-orang luar. Mesias adalah Sang Terurapi, Kristus, yang berasal dari keturunan Raja Daud dan diyakini akan mengembalikan kejayaan kerajaan Daud. Dia lebih berkuasa daripada kaisar di Roma. Sebab, Dia adalah Anak Allah yang hidup, seperti pengakuan para murid setelah mereka mengalami pertolongan Yesus dalam angin badai (Mat. 14:33).

Jawaban Simon Petrus dibenarkan oleh Yesus sendiri. Bahkan Yesus menegaskan bahwa Simon bisa menyatakan hal demikian karena Allah Bapa sendiri telah menyatakan hal itu kepadanya. Di sini tampak keistimewaan Simon Petrus dibandingkan kesebelas murid yang lain. Maka tidak mengherankan bila kemudian Yesus menyatakan dua hal berkaitan dengan Simon Petrus. Pertama, Dia hendak mendirikan Gereja-Nya di atas dasar Petrus, si batu karang (Yun: petra). Yesus menjamin bahwa alam maut tidak akan menguasai Gereja yang didirikan-Nya tersebut. Kedua, Simon Petrus diberi kunci Kerajaan Surga, sebuah kuasa dan wewenang besar sehingga juga memiliki kuasa untuk mengikat dan melepaskan secara khusus. Di tempat lain kuasa demikian juga diterimakan kepada semua rasul (Mat. 18:18). Dari pernyataan Yesus ini, kita melihat pentingnya peran Simon Petrus dalam Gereja yang didirikan oleh Yesus sendiri.

Sabda Yesus itu menjadi kenyataan hingga saat ini. Gereja yang didirikan-Nya di atas dasar Santo Petrus tetap bertahan hingga hari ini. Kendati Gereja tidak terbebas dari aneka tantangan dan masalah, janji Yesus tetap tergenapi: Dia akan tetap menyertai dan alam maut tidak akan menguasainya. Para penerus Santo Petrus memiliki peran penting dalam menyatukan seluruh Gereja dan memimpin penziarahan iman. Kita patut berbangga dan bersyukur menjadi pengikut Yesus Kristus dalam Gereja Katolik yang telah didirikan oleh Yesus Kristus sendiri. Namun, lebih dari itu, kita masing-masing dihadapkan pada pertanyaan sendiri: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Simon Petrus menjawab bukan berdasarkan teori atau hafalan, melainkan dari pengalaman imannya, pengalaman kebersamaan dengan Tuhan Yesus. Semoga kita juga dapat merumuskan jawaban atas pertanyaan Tuhan Yesus ini berdasarkan pengalaman iman dan relasi personal kita dengan-Nya.