Cinta yang Melebihi Segalanya

Rabu, 8 November 2017 – Hari Biasa Pekan XXXI

254

Lukas 14:25-33

Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.

Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”

***

Dalam keadaan galau, Budi menyanyikan lagu Cinta Sabun Mandi yang populer dinyanyikan oleh Bang Jaja Miharja. Sambil memetik gitar dan melantunkan suara merdu, Budi terus-menerus mengulang lagu tersebut: “Kujual baju celana, itu semua demi Nyai. Aku rela jadi kuli demi Nyai. Walaupun Madonna cantik, Marilyn Monroe juga cantik, tetapi bagiku lebih cantik Nyai. Aku rela korban harta demi Nyai. Aku rela korban nyawa demi Nyai.”

Ketika kita mencintai seseorang, kita tentu akan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi orang yang kita cintai tersebut. Karena cinta kepada keluarga dan anak-anak, banyak orang tua rela membanting tulang siang malam. Mereka bekerja keras dan memikul beban berat demi memenuhi kebutuhan keluarga dan pendidikan anak-anak. Tidak sedikit dari mereka bahkan bekerja tanpa kenal lelah sampai-sampai mengabaikan kesehatan mereka sendiri.

Yesus hari ini mengajak kita untuk mencintai-Nya melebihi segala-galanya, bahkan melebihi cinta kita terhadap keluarga dan nyawa kita sendiri. Kita ingat akan kisah Santo Fransiskus dari Asisi yang karena cintanya kepada Yesus rela melepaskan segala harta kekayaan milik orang tuanya. Tanpa ragu dan malu ia bahkan melepaskan semua pakaian yang melekat pada tubuhnya. Dalam keadaan telanjang di hadapan orang Asisi yang melihatnya, Fransiskus dengan lantang berseru, “Mulai sekarang, Bapaku bukan lagi Pietro Bernadone (nama ayah Fransiskus), melainkan Bapa kami yang ada di Surga.”

Saudara-saudari sekalian, semoga cinta kita kepada Kristus melebihi cinta kita kepada yang lain, seperti kekayaan, pekerjaan, keluarga, bahkan nyawa kita sendiri.