Sebagai Pendatang dan Perantau (7)

104

Dengan menjadi seorang asing bagi kedua murid dalam perjalanan pulang ke Emaus, Yesus dapat membantu mereka bangkit dari keputusasaan hingga mereka mengenal Dia dan segera berkumpul kembali dengan kelompok mereka (Luk. 24). Dengan mengidentikkan diri dengan orang-orang terasing yang rapuh dan serba menderita, Yesus menyimpan suatu kejutan bagi kita pada hari pengadilan, “Segala sesuatu yang [tidak] kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu [tidak] melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40). Dengan menyamakan diri dengan saudara yang kecil, terasing, dan merana itu, Yesus tidak hanya mengajak kita untuk melayani kebutuhan orang lapar, haus, sakit, serta asing, tetapi juga mengundang kita untuk bersama Dia mencoba mengalami kondisi mereka.

Ia telah menunjukkan kepada kita apa artinya melepaskan keunggulan posisi dominan dan mau mengalami pengalaman orang yang diasingkan dengan segala kerapuhan dan juga kerinduan mereka. Ia mengundang kita untuk mengikuti opsi-Nya dan memilih hidup “sebagai pendatang dan perantau,” seperti yang juga ditawarkan dalam 1Ptr. 2:11 dst. Cara hidup semacam itu tidak hanya berarti hidup dengan baik dan penuh hormat di tengah masyarakat luar, tetapi juga akan membawa serta fitnahan dan penderitaan karena perbuatan-perbuatan yang baik tersebut, lalu kita diajak untuk memandang itu semua sebagai anugerah Allah karena kita boleh mengikuti jejak Kristus. Apakah kita sanggup?

(Bersambung)