ANJONGAN, LBI – Dalam rangka membekali para fasilitator kerasulan Kitab Suci yang bergerak di tingkat lingkungan, komunitas umat basis, dan paroki, Komisi Kitab Kitab Suci Keuskupan Agung Pontianak menyelenggarakan pembekalan para fasilitator Kitab Suci se-Kalimantan Barat. Tema yang diangkat dalam pembekalan ini adalah “Menggiatkan Kerasulan Kitab Suci di Kalimantan Barat”.

Kegiatan ini berlangsung di Rumah Retret St. Yohanes Paulus II Anjongan, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, sekitar 40 km dari Pontianak, mulai tanggal 6 sampai 8 Juni 2025. Jumlah peserta yang terdiri dari para pastor dan fasilitator adalah 90 orang. Selain berasal dari Keuskupan Agung Pontianak yang merupakan mayoritas peserta, ada juga utusan dari Keuskupan Ketapang, Keuskupan Sanggau, dan Keuskupan Sintang. Adapun tujuan utama dari kegiatan ini adalah berbagi pengalaman sebagai fasilitator, menambah wawasan, tukar pikiran, dan pembekalan sebagai fasilitator Kitab Suci di keuskupan dalam konteks Kalimantan Barat.

Dalam kegiatan ini, RP. Albertus Purnomo OFM selaku ketua LBI menjadi pendamping sekaligus narasumber. Pater Purnomo mendasarkan pembekalan ini pada buku Kerasulan Kitab Suci: Sebuah Panduan (Obor, 2023). Ia menjelaskan tentang prinsip-prinsip dasar kerasulan Kitab Suci, khususnya ajaran Gereja tentang Kitab Suci yang terdapat dalam Katekismus Gereja Katolik. Setelah itu, dipaparkan tentang berbagai metode kerasulan Kitab Suci untuk umat sederhana dan Scripture engangement (mendalami Kitab Suci). Terakhir, dijelaskan tentang kerasulan Kitab Suci di dunia modern dengan berpatokan pada dokumen kepausan yang berjudul Verbum Domini.

Dalam kegiatan ini, para peserta juga melakukan sharing dan diskusi tentang kerasulan Kitab Suci. Secara umum, inilah rangkuman hasil diskusi tersebut. Tantangan utama kerasulan Kitab Suci di Kalimantan Barat adalah kurangnya keterlibatan umat dalam pertemuan komunitas umat basis ketika berbicara tentang Kitab Suci. Umat yang datang ke pertemuan tidak terlalu banyak dibandingkan dengan rosario atau ibadat sejenis itu. Selain itu, sumber daya manusia dari para fasilitator juga terbatas. Banyak yang mau menjadi fasilitator, tetapi tidak mampu. Selain itu, para fasilitator masih sulit menemukan metode kerasulan Kitab Suci yang cocok untuk umat dengan latar belakang yang berbeda-beda. Kesibukan umat dalam bekerja menjadi salah satu penghalang untuk pertemuan Kitab Suci. Umat masih sulit untuk menyelaraskan antara waktu pribadi dan tugas. Selain itu, tidak sedikit umat yang mempertanyakan untuk apa pertemuan yang membahas Kitab Suci.

Tantangan untuk kerasulan Kitab Suci juga dapat ditemukan di kalangan remaja. Banyak remaja zaman sekarang lebih suka dengan dunia digital daripada membaca Kitab Suci. Karena itu, diharapkan agar kerasulan Kitab Suci dapat lebih banyak menggunakan sarana-sarana digital.

Harapan untuk kerasulan Kitab Suci di Kalimantan Barat adalah: Banyak umat semakin tertarik dengan Kitab Suci, ada lebih banyak lagi fasilitator kerasulan Kitab Suci yang mumpuni dalam melayani umat, pembekalan fasilitator agar semakin lebih sering diadakan, dilakukannya regenerasi fasilitator kerasulan Kitab Suci. Semua harapan ini akhirnya bermuara pada cita-cita agar sabda Allah dalam Kitab Suci dapat mentransformasi umat menjadi manusia Gereja yang baik dan benar.

Dalam kegiatan ini, hadir pula Bapak Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus. Secara khusus, beliau hadir di hari kedua untuk merayakan misa. Kehadiran beliau sungguh mendukung para peserta bagaikan seorang gembala yang memperhatikan domba-dombanya. Setelah acara pembekalan ini, para fasilitator diharapkan dapat membagikan pengalaman mereka kepada fasilitator di keuskupan masing-masing. Dengan demikian, ilmu yang diperoleh dalam kegiatan ini dapat bermanfaat bagi fasilitator lainnya pada khususnya, juga berguna bagi umat dan perkembangan Gereja Katolik di Kalimantan Barat pada umumnya.***(Kontributor: RP. Albertus Purnomo OFM)