Mewartakan Kristus dalam Konteks Asia/Indonesia

Pernas LBI 2025

5

Denpasar, LBI – Pada tanggal 15-19 Juli 2025, Lembaga Biblika Indonesia (LBI) mengadakan Pertemuan Nasional (Pernas) dengan mengangkat tema: “Mewartakan Kristus dalam Konteks Asia/Indonesia”. Pernas diselenggarakan di Catholic Center Denpasar, Bali, dihadiri oleh 63 peserta dari unsur Pakar Kitab Suci dan Delegatus Kitab Suci Keuskupan. Hadir pula secara penuh Uskup Delegatus KWI untuk LBI, yaitu Mgr. Silvester San.

Berfoto bersama setelah Misa Pembukaan Pernas yang dipimpin oleh Mgr. Silvester San, Uskup Denpasar sekaligus Uskup Delegatus KWI untuk LBI.

Lima pakar diundang secara khusus untuk memperkaya pemahaman peserta akan tema Pernas ini, yaitu Mgr. Paulus Budi Kleden SVD, Rm. Bagus Laksana SJ, Ibu Linda Wahjudi, Rm. Ignasius Budiono O.Carm, dan Rm. Herman Punda Panda Pr.

Pemaparan materi oleh Mgr. Paulus Budi Kleden SVD.

Mgr. Paulus Budi Kleden SVD berbicara tentang “Pewartaan Kristus dalam Berbagai Kultur Bangsa-bangsa”. Ditegaskan oleh Mgr. Budi bahwa Yesus mengutus para murid-Nya untuk mewartakan Injil kepada semua bangsa. Karena Yesus adalah Terang Bangsa-bangsa (Lumen Gentium), para murid yang mewartakan-Nya mesti menjadi seperti terang yang bercahaya di hadapan semua orang. Pewartaan yang dilakukan Gereja mesti lebih peka terhadap budaya. Hal ini perlu dilakukan supaya orang dapat mengalami Pentakosta, di mana masing-masing orang mendengar warta keselamatan dalam bahasa asalnya sendiri.

Pemaparan materi oleh Rm. Bagus Laksana SJ.

Rm. Bagus Laksana SJ yang berbicara tentang “Panorama Kebersamaan antara Gereja dan Kultur di Indonesia” menyatakan bahwa tarikan dinamis antara kesatuan dan pluralisme merupakan energi kehidupan bersama. Ini merupakan kerangka dan bahan dasar narasi Kristus dan kristianitas di Nusantara. Dalam konteks budaya kesatuan dan kebhinekaan ini, Gereja memiliki peran secara eksternal dengan menjadi “warga” yang apresiatif dan kontributif untuk kultur kesatuan dalam kebhinekaan, serta secara internal dengan menghargai keberagaman Gereja lokal dengan segala keunikannya tetapi bisa terus bersatu dalam kebersamaan Gereja Katolik Indonesia.

Pemaparan materi oleh Ibu Linda Wahjudi dan Rm. Ignasius Budiono O.Carm.

Ibu Linda Wahjudi dan Rm. Ignasius Budiono O.Carm berturut-turut berbicara tentang “Metode Story Telling dengan Memanfaatkan Aspek Kultural”. Dikemukakan oleh Ibu Linda bahwa salah satu cara memperkenalkan Yesus adalah dengan bercerita. Cerita merupakan cara yang paling efektif dan paling kuat untuk menyampaikan sebuah pesan. Ketika seseorang mendengarkan cerita, pikirannya akan rileks dan critical factor-nya akan terbuka lebar, sehingga membuatnya lebih mudah menyerap dan menyimpan pesan yang diajarkan. Melanjutkan hal itu, Rm. Budiono menyatakan bahwa story telling merupakan pintu masuk untuk menjalin relasi dengan audiens. Metode ini berfungsi mempertajam makna ajaran yang akan disampaikan, dan karenanya menjadi salah satu jaminan keberhasilan dalam penyampaian pesan dan nilai. Secara psikologis, ketika kita juga menyertakan unsur-unsur budaya lokal, seperti mitos, legenda, sejarah, atau nilai-nilai kearifan lokal, dampaknya akan lebih besar, lebih menyentuh, dan lebih mendarah daging. Hal ini disebabkan karena kearifan lokal merupakan konteks yang dihidupi dan dikenal oleh orang yang menghidupinya.

Pemaparan materi oleh Rm. Herman Punda Panda Pr.

Menutup sesi seminar, Rm. Herman Punda Panda berbicara tentang “Mewartakan Kristus dalam Konteks Kultur Lokal”. Ditegaskannya bahwa iman kristiani kita harus membenamkan diri dalam religiositas dan budaya Asia. Gereja diundang untuk menyelami kedalaman spiritualitas Asia dan membiarkan diri ditransformasi oleh perjumpaan ini. Gereja diperkaya oleh budaya lokal, tetapi harus tetap menghindari sinkretisme. Teologi inkulturasi merupakan proses di mana iman kristiani diekspresikan melalui kekayaan budaya lokal. Ini melibatkan dialog antara Injil dan budaya yang menghasilkan pemahaman dan ekspresi iman yang baru, tetapi tetap otentik.

Suasana Pernas LBI 2025 di Catholic Center Denpasar.

Setelah mendengarkan masukan dari para pakar dan praktisi, serta melakukan diskusi kelompok, para peserta Pernas menyepakati beberapa hal berkaitan dengan kerasulan Kitab Suci di Indonesia. Pernas sepakat bahwa arah dasar kerasulan Kitab Suci di Indonesia periode 2025-2029 adalah: “Umat Katolik Indonesia memiliki dan membaca Kitab Suci untuk berjumpa dengan Kristus sebagai pemenuhan kerinduan manusia dan mewartakan-Nya dalam konteks keberagaman budaya dan situasi yang dihadapi umat”. Arah dasar ini akan diwujudkan dalam berbagai program kerasulan Kitab Suci yang dilaksanakan di tingkat keuskupan atau regio, yakni pelatihan fasilitator pertemuan Kitab Suci dan pendampingan yang berkelanjutan, serta lokakarya-lokakarya bertemakan “Dialog Kitab Suci dan Budaya”.

Hal itu akan ditampakkan pula dalam Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Sepanjang tahun 2026-2029, BKSN akan mendalami satu Injil untuk satu tahun. Umat akan diajak untuk mendapatkan gambaran mengenai Yesus dalam Injil yang didalami, serta menemukan Dia dalam keberagaman konteks budaya dan situasi. Pemilihan Injil untuk setiap tahun disesuaikan dengan Tahun Liturgi, yaitu Injil Matius (tahun 2026), Injil Markus (tahun 2027), Injil Lukas (tahun 2028), dan Injil Yohanes (tahun 2029).

Proses pemilihan Dewan Pimpinan LBI periode 2025-2029.
Dewan Pimpinan LBI periode 2025-2029.
Ketua dan Wakil Ketua LBI periode 2025-2029, Rm. Albertus Purnomo OFM dan Rm. Petrus Cristologus Dhogo SVD.

Di penghujung Pernas diselenggarakan pemilihan Dewan Pimpinan LBI, serta pemilihan Ketua dan Wakil Ketua LBI periode 2025-2029. Sebagai hasilnya, RP. Albertus Purnomo OFM terpilih kembali menjadi Ketua LBI dan RP. Petrus Cristologus Dhogo SVD terpilih kembali menjadi Wakil Ketua LBI. Terpilih pula empat imam menjadi Anggota Dewan Pimpinan LBI dari kalangan Pakar, yakni RD. Bhanu Viktorahadi, RP. Ignasius Budiono O.Carm, RD. Aidan Putra Sidik, dan RP. F.X. Marmidi SCJ. Sementara itu, Anggota Dewan Pimpinan ex officio karena menjabar sebagai Ketua Regio adalah RD. Dominikus Hodo Dulione (Ketua Regio Papua), RD. Oktavianus Edi Kaniu (Ketua Regio MAM), RD. Yohanes Pilis (Ketua Regio Nusa Tenggara), RD. Antonius Bambang Doso (Ketua Regio Kalimantan), Ibu Eilene Magdalena (Ketua Regio Jawa), dan RP. Yonas Hunu SVD (Ketua Regio Sumatra).***(Tim Perumus)