Hadirnya Sang Penghibur

Selasa, 28 Mei 2019 – Hari Biasa Pekan VI Paskah

243

Yohanes 16:5-11

“Tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita. Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.”

***

Dalam Injil Yohanes, kata “penolong” (Yoh. 14:16) mengandung arti yang amat kaya dan tidak mudah dijelaskan. Secara harfiah (dalam bahasa Yunani), penolong berarti orang yang menjawab panggilan. Penolong lalu dimengerti sebagai orang yang membela dan menguatkan. Ia berbicara atas nama orang-orang lemah dan membelanya. Oleh karena itu, penolong dapat dimengerti sebagai pembela atau yang menguatkan atau penghibur.

Penolong adalah sebutan yang amat indah. Seorang ibu adalah penolong bagi anak-anaknya; ia melindungi dan mencintai mereka. Kita menjadi penolong setiap kali kita memperhatikan orang-orang yang berkekurangan dan menjawab seruan mereka. Allah adalah penolong, sebab Ia menjawab teriakan orang-orang lemah dan yang membutuhkan. Yesus sendiri adalah penolong bagi murid-murid-Nya.

Dalam bacaan Injil hari ini, Penolong disapa sebagai Penghibur. Ia diberikan kepada mereka yang kesepian dan membutuhkan kehadiran sahabat. Ia diberikan kepada mereka yang tersesat, miskin dalam roh, dan yang berteriak kepada Allah.

Sang Penghibur memberi kekuatan dan kasih baru kepada kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah, untuk melakukan hal-hal yang tampaknya tidak dapat kita kerjakan dengan kekuatan kita sendiri. Ia memampukan kita mencintai orang lain, mengampuni musuh, serta menjadi kawan bagi mereka yang diabaikan.

* Diolah dari Jean Vanier, Tenggelam ke Dalam Misteri Yesus (Yogyakarta: Kanisius, 2009).