Pelayanan yang Rendah Hati

Jumat, 20 September 2019 – Peringatan Wajib Santo Andreas Kim Taegon, Santo Paulus Chong Hasang, dan Kawan-kawan

155

Lukas 8:1-3

Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana istri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.

***

“Di balik kesuksesan seorang lelaki selalu ada perempuan perkasa di belakangnya.” Jargon ini rupanya berlaku juga untuk Yesus dan kedua belas murid-Nya. Hal itu tampak dalam bacaan Injil hari ini. Sekelompok perempuan dikisahkan selalu menyertai karya pewartaan dan pelayanan Yesus yang berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa. Perempuan-perempuan itu berasal dari beragam latar belakang. Ada yang awalnya adalah pendosa yang dibebaskan oleh Yesus dari kuasa roh-roh jahat dan penyakit, yang lain berasal dari keluarga kaya atau terkemuka.

Telah diceritakan sebelumnya bahwa Maria Magdalena adalah perempuan yang hidup dalam dosa sebelum Yesus membebaskannya dari kekuasaan tujuh roh jahat. Di kemudian hari, ia mendapat kehormatan untuk menjadi yang pertama melihat Yesus setelah kebangkitan. Sementara itu, sebagai istri kepala keuangan Raja Herodes, Yohana adalah perempuan kaya di istana. Dia adalah perempuan yang memiliki segalanya. Selain mereka berdua, masih ada Susana dan perempuan-perempuan lain yang di dalam Injil tidak dijelaskan secara detail latar belakangnya.

Apa yang menyatukan mereka dalam ikatan persahabatan, pelayanan, dan kesetiaan kepada Yesus? Kiranya yang mengubah dan menyatukan mereka adalah Yesus sendiri dan pesan-pesan-Nya tentang kerajaan Allah. Berbeda dengan para rasul yang kadang-kadang mencari imbalan, gengsi, dan pengakuan (contohnya Petrus yang bertanya tentang apa yang akan ia peroleh dengan mengikut Yesus; juga Yakobus dan Yohanes yang meminta kedudukan), para wanita ini tidak mencari posisi atau menuntut pengakuan dari Yesus. Yesus pasti sangat menyentuh hati mereka, sehingga perempuan-perempuan ini bersyukur dan bersedia melakukan apa pun untuk-Nya. Mereka membawa hadiah dan sumber daya yang mereka miliki untuk digunakan Yesus sesuai keinginan dan kebutuhan-Nya.

Apakah kita lebih seperti para rasul, yang menuntut imbalan dan status istimewa? Ataukah kita seperti para perempuan dalam Injil hari ini, yang puas untuk melayani Yesus dengan murah hati? Apakah kita selalu ingin dilayani dan diberikan kursi terbaik? Ataukah kita tidak keberatan mengambil tempat yang hina dan tampil sebagai pelayan yang mengutamakan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan kita sendiri?

Yesus adalah contoh sempurna dari pelayanan yang rendah hati, dan perempuan-perempuan itu dengan senang hati meneladani Dia.