Yang Terbesar dalam Kerajaan Surga

Selasa, 1 Oktober 2019 – Pesta Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus

1810

Matius 18:1-5

Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

***

Matius bab 18 lazim disebut “bab tentang Gereja” karena berisi teks-teks yang berkaitan dengan hidup berjemaat. Jemaat yang diinginkan Yesus itu seperti apa? Yesus harus mengklarifikasi beberapa konsep dan harapan yang keliru dari para pengikut-Nya. Para murid bertanya tentang siapa yang terbesar dalam Kerajaan Allah. Yesus menjawab pertanyaan mereka dengan menampilkan seorang anak kecil sebagai paradigma. Tidaklah biasa dalam budaya zaman itu bahwa anak kecil ditampilkan sebagai teladan. Dalam agama dan budaya Yahudi, anak-anak dihitung sebagai warga umat Allah ketika berusia 12-13 tahun. Mereka selanjutnya memiliki kewajiban untuk menjalankan Taurat. Sebelum usia itu, mereka tidak diperhitungkan.

Kerajaan Allah yang dihadirkan Yesus justru berbeda. Ia merangkul manusia dari semua usia, juga mereka semua yang biasanya tidak diperhitungkan. Itulah pesan pertama Matius. Jemaat Kristus harus menyapa, menjangkau, melayani, serta memberdayakan semua manusia, terutama mereka yang selama ini – karena alasan apa pun – kurang diperhitungkan. Laki-laki dan perempuan, dari pelbagai usia, adalah anggota penuh dan bermartabat dalam jemaat Tuhan.

Ketika para murid bertanya tentang posisi dan kuasa, Yesus justru menampilkan seorang anak kecil. Selain menjadi kelompok usia yang tidak diperhitungkan, anak kecil juga menjadi simbol ketidakberdayaan dan kerapuhan. Mereka sepenuhnya bergantung pada perlindungan orang tua. Jadi, jawaban Yesus persis terbalik dari aspirasi dan pencarian para murid. Itulah pesan kedua perikop ini. Jemaat Tuhan hendaknya meninggalkan nafsu untuk berkuasa seperti berebut kursi dan posisi. Mereka hendaknya dengan sepenuh hati mengandalkan perlindungan dan penyelenggaraan Bapa di surga. Itulah artinya menjadi “yang terbesar” dalam Kerajaan Surga.

Pesan ketiga diungkapkan di ayat 5. Bukan hanya menjadikan anak kecil sebagai model bagi para murid, Yesus sendiri mengangkat anak kecil sebagai model bagi diri dan misi-Nya. Hal ini jelas dikatakan oleh-Nya, “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” Dalam ayat ini, Yesus memainkan dua peran. Pertama, dengan menyambut seorang anak kecil, Yesus menjadi model bagi para murid. Kata “menyambut” adalah istilah yang biasa untuk hospitalitas, keramahtamahan sosial. Jemaat hendaknya mengikuti teladan Tuhan yang selalu terbuka dan ramah menerima siapa saja, khususnya mereka yang lemah dan tidak berdaya dalam segala aspek. Kedua, Yesus sendiri menjadikan anak kecil sebagai model bagi diri-Nya. Artinya, menerima anak kecil sama saja dengan menerima Dia. Jadi, Yesus menjadi model bagi para murid-Nya, dulu dan kini, baik untuk menerima sesama yang rapuh dan lemah maupun untuk menjadi bergantung sepenuhnya kepada kasih dan penyelenggaraan Bapa di surga.