Membaca Tanda-tanda Zaman

Jumat, 29 November 2019 – Hari Biasa Pekan XXXIV

1104

Lukas 21:29-33

Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”

***

Kalau tiba-tiba berkeringat dingin, badan menjadi gemetar dan lemas, kita biasanya langsung paham bahwa inilah tanda-tanda bahwa kita sedang kelaparan. Dengan segera kita pun mencari makanan untuk mengisi perut yang kosong. Inilah contoh kepekaan membaca tanda yang muncul dalam diri kita. Bacaan Injil pada hari ini juga mengajak kita untuk peka membaca tanda, yakni tanda-tanda zaman.

Perubahan adalah hal yang tak terelakkan. Dulu kita memakai SMS, sekarang yang sering kita pakai adalah WA. Dulu kita memakai kamera film, sekarang kamera digital. Dulu kita membayar tol dengan uang tunai, sekarang dengan kartu. Jejak-jejak perubahan perlu kita tangkap agar kita bisa menyesuaikan diri dengan gerak dunia.

Para pengikut Kristus juga diajak untuk peka membaca tanda-tanda zaman. Dunia digital dapat dimanfaatkan untuk melakukan karya pewartaan, sebab model katekese tatap muka satu arah tentu akan membosankan untuk generasi zaman ini.

Nilai-nilai Kristus adalah nilai-nilai yang abadi. Meskipun demikian, nilai-nilai Kristus tetap perlu membaca tanda-tanda zaman. Bagaimana cinta bisa diberikan dalam zaman digital ini? Kelompok lemah seperti apa yang perlu mendapat perhatian dan solidaritas pada masa kini?

Membaca tanda-tanda zaman berarti menjadi manusia yang aktual. Jangan sampai nilai Kristus dianggap usang karena kita tidak mampu berbicara dan menanggapi situasi yang sedang terjadi. Kalau kita malas membaca tanda-tanda zaman, kita membuat nilai Kristus menjadi tidak relevan bagi dunia. Allah Putra telah menjelma menjadi manusia. Itu artinya Allah Tritunggal sungguh ingin menjadi aktual bersama manusia. Marilah kita mohon rahmat Tuhan agar kita menjadi pribadi-pribadi yang peka membaca tanda-tanda zaman.