Simbol Perlawanan

Kamis, 12 Desember 2019 – Hari Biasa Pekan II Adven

114

Matius 11:11-15

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar darinya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Surga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan — jika kamu mau menerimanya — ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

***

Hampir empat ratus tahun sejak zaman Maleakhi, Allah berhenti berbicara melalui para nabi, sehingga bangsa Israel menjadi sangat sedih dan kehilangan harapan karenanya. Situasi dirasa sangat buruk, ditambah lagi terjadinya sebuah kenyataan pahit, yakni jatuhnya bangsa Israel ke tangan Kekaisaran Romawi.

Namun, Allah menunjukkan kasih setia-Nya yang besar kepada umat-Nya ketika Ia mengirim seorang putra kepada Zakharia dan Elisabet yang mandul, sudah tua, dan kehilangan harapan. Yohanes menjadi tanda ajaib bagi orang-orang di sekitarnya bahwa Allah kembali menerbitkan pengharapan yang telah lama hilang.

Dalam diri Yohanes Pembaptis, umat melihat hadirnya seorang nabi besar. Tidak hanya sebagai nabi besar, ia juga adalah nabi terakhir karena menunjukkan Mesias kepada umat. Yohanes adalah perintis jalan Tuhan yang menghubungkan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Ia membuka harapan baru akan keselamatan umat manusia, sekaligus simbol perlawanan yang mengingatkan umat akan hal-hal yang tidak mereka lihat atau mereka terima. “Dia adalah Elia yang akan datang,” begitu kata Yesus dalam bacaan Injil hari ini.

Masa Adven adalah kesempatan bagi kita untuk merenungkan bahwa Tuhan sudah memenuhi janji-Nya dengan mengirim seorang penyelamat yang hadir dalam diri Yesus. Kita sebagai Gereja bertugas untuk meneruskan misi menjadi tanda kehadiran Allah di dunia ini. Itu berarti kita harus tetap berdiri tegak di bawah panji kebenaran dan menjadi simbol perlawanan terhadap kekerasan, ketidakadilan, pelanggaran terhadap martabat manusia, dan kekejaman zaman. Kita harus menjadi seperti Yohanes Pembaptis yang menunjukkan kepada orang lain apa yang tidak mereka lihat, yakni kasih setia Tuhan kepada umat-Nya.

Dalam menjalankan misi tersebut, kita tidak berjuang sendiri. Tuhan memegang tangan kita dan membantu kita untuk mengatasi segala kesulitan dan tantangan hidup. “Janganlah takut. Akulah yang menolong engkau.”