Jangan Mengatur Tuhan

Kamis, 16 Januari 2020 – Hari Biasa Pekan I

298

1 Samuel 4:1-11

Dan perkataan Samuel sampai ke seluruh Israel. Orang Israel maju berperang melawan orang Filistin dan berkemah dekat Eben-Haezer, sedang orang Filistin berkemah di Afek. Orang Filistin mengatur barisannya berhadapan dengan orang Israel. Ketika pertempuran menghebat, terpukullah kalah orang Israel oleh orang Filistin, yang menewaskan kira-kira empat ribu orang di medan pertempuran itu. Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: “Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita.” Kemudian bangsa itu menyuruh orang ke Silo, lalu mereka mengangkat dari sana tabut perjanjian TUHAN semesta alam, yang bersemayam di atas para kerub; kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, ada di sana dekat tabut perjanjian Allah itu. Segera sesudah tabut perjanjian TUHAN sampai ke perkemahan, bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar. Dan orang Filistin yang mendengar bunyi sorak itu berkata: “Apakah bunyi sorak yang nyaring di perkemahan orang Ibrani itu?” Ketika diketahui mereka, bahwa tabut TUHAN telah sampai ke perkemahan itu, ketakutanlah orang Filistin, sebab kata mereka: “Allah mereka telah datang ke perkemahan itu,” dan mereka berkata: “Celakalah kita, sebab seperti itu belum pernah terjadi dahulu. Celakalah kita! Siapakah yang menolong kita dari tangan Allah yang maha dahsyat ini? Inilah juga Allah, yang telah menghajar orang Mesir dengan berbagai-bagai tulah di padang gurun. Kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki, hai orang Filistin, supaya kamu jangan menjadi budak orang Ibrani itu, seperti mereka dahulu menjadi budakmu. Berlakulah seperti laki-laki dan berperanglah!” Lalu berperanglah orang Filistin, sehingga orang Israel terpukul kalah. Mereka melarikan diri masing-masing ke kemahnya. Amatlah besar kekalahan itu: dari pihak Israel gugur tiga puluh ribu orang pasukan berjalan kaki. Lagipula tabut Allah dirampas dan kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas.

***

Orang Israel maju berperang melawan orang Filistin. Dalam pertempuran itu, pasukan Israel terpukul kalah. Kekalahan itu membuat para tua-tua Israel bertanya, “Mengapa Tuhan membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini?” Orang Israel kemudian sepakat untuk membawa tabut perjanjian ke medan pertempuran. Mereka yakin bahwa kehadiran tabut itu akan membuat mereka sanggup mengalahkan orang Filistin.

Kedatangan tabut perjanjian di perkemahan pasukan Israel disambut dengan sorak sorai. Pasukan Israel yang letih lesu karena sebelumnya dikalahkan orang Filistin mendapatkan kembali semangat tempurnya berkat kehadiran tabut tersebut. Mereka bahkan seakan sudah menang perang karena merasa bahwa Tuhan berada di tengah mereka.

Namun, dalam pertempuran kedua, orang Israel pun mengalami kekalahan. Kekalahan ini bahkan lebih besar daripada kekalahan pertama. Dari pihak mereka, sekitar tiga puluh ribu orang tewas dalam pertempuran itu. Kesedihan Israel akibat kalah perang semakin besar karena tabut perjanjian yang dianggap sebagai jaminan kemenangan jatuh ke tangan musuh. Demikianlah kekalahan ini tidak hanya menghancurkan kekuatan militer mereka, tetapi juga keyakinan mereka. Allah mereka sendiri ternyata tidak dapat memberikan pertolongan.

Saudara-saudari terkasih, Tuhan bekerja untuk manusia dengan cara-Nya sendiri. Manusia tidak dapat mengendalikan Allah atau mengarahkan Allah supaya melakukan sesuatu menurut kehendak mereka dan sesuai dengan cara yang mereka harapkan. Manusia hanya dapat percaya bahwa Allah memperhatikan mereka. Biarkanlah Allah bekerja menurut cara-Nya sendiri.