Lupa Membawa Roti

Selasa, 18 Februari 2020 – Hari Biasa Pekan VI

209

Markus 8:14-21

Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: “Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti.” Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: “Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi, pada waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: “Dua belas bakul.” “Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?” Jawab mereka: “Tujuh bakul.” Lalu kata-Nya kepada mereka: “Masihkah kamu belum mengerti?”

***

Para murid lupa membawa roti untuk bekal perjalanan mereka. Hal tersebut baru disadari ketika mereka sudah di atas perahu. Hanya ada satu roti di situ, padahal jumlah mereka banyak. Keadaan ini membuat mereka cemas dan khawatir.

Situasi yang tidak nyaman itu malah dijadikan kesempatan oleh Yesus untuk mengajar murid-murid-Nya. Ia berbicara tentang “roti” yang jauh lebih penting. Bertitik tolak pada rasa cemas dan khawatir, Yesus perlahan-lahan mengajar para murid untuk melampaui apa yang terlihat di permukaan. Mengapa mereka meributkan soal tidak adanya roti? Mereka hendaknya sadar bahwa Tuhan tidak pernah absen dalam kehidupan manusia. Orang yang tidak punya roti hendaknya datang kepada-Nya, sebab Ia senantiasa memuaskan mereka yang lapar.

Sering kali kita mengalami rasa lapar, baik lapar dalam arti harfiah, maupun lapar secara rohani. Yang disebut terakhir terjadi misalnya ketika kita terus-menerus menyesali masa lalu, takut akan masa depan, dan tidak puas akan saat ini. Akan tetapi, sesungguhnya Tuhan senantiasa memuaskan dan menyediakan kebutuhan kita tanpa batas. Setiap saat Ia selalu menjaga dan menemani kita. Kita akan menyadari hal itu jika saja mata dan hati kita terbuka bagi-Nya. Kepada para murid dan juga kepada kita, Yesus berkata, “Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar?”