Menjadi Pribadi yang Bertanggung Jawab

Kamis, 9 Juli 2020 – Hari Biasa Pekan XIV

164

Matius 10:7-15

“Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya daripada kota itu.”

***

Dalam segala hal, Allah berusaha menyelamatkan dan membebaskan kita dari belenggu dosa dan kejahatan. Kejahatan yang dipahami di sini berkisar antara realitas fisik, emosional, sosial, dan spiritual. Kehadiran Kristus ke tengah dunia merupakan bagian dari perwujudan rencana keselamatan Allah. Dua hari ini, kita membaca dan merenungkan narasi Matius tentang pengutusan para rasul dalam melanjutkan pekerjaan yang telah Yesus lakukan. Pengutusan tersebut diikuti dengan beberapa instruksi, antara lain menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, menahirkan orang kusta, dan mengusir setan.

Sama seperti kedua belas rasul, melalui baptisan, kita juga memiliki tanggung jawab untuk menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, menahirkan orang kusta, dan mengusir setan. Kita memiliki kemampuan masing-masing untuk menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Mungkin kita bertanya, “Bagaimana kita bisa melakukan tanggung jawab tersebut?” Kita dapat menyembuhkan orang sakit walaupun kita ini bukan dokter, sebab sakit di sini dapat berarti sakit secara fisik, psikologis, maupun spiritual. Kepada mereka yang membutuhkan, kita bisa memberi mereka penghiburan, bantuan untuk berobat, dan sebagainya.

Tentang membangkitkan orang mati, ada orang yang mati dalam iman karena pelbagai tantangan yang mereka hadapi. Mereka tidak lagi berdoa ataupun mengikuti perayaan Ekaristi; mulai mempertanyakan iman mereka kepada Tuhan dan menjauh dari-Nya. Kita dapat memberikan bantuan rohani kepada mereka. Kita bisa menjadi tanda pengharapan bagi mereka yang ragu dan putus asa, yakni melalui kesaksian dan perbuatan-perbuatan baik.

Kita mungkin tidak bisa menahirkan mereka yang sakit kusta secara fisik. Namun, kita perlu menyadari bahwa di tengah masyarakat ada begitu banyak orang yang menderita sakit kusta secara sosial. Bisa jadi mereka adalah orang-orang yang selalu menyakiti kita, suka menghakimi sesama, dan sebagainya. Cara terbaik untuk menangani orang-orang seperti ini adalah melakukan kebaikan untuk membangkitkan kesadaran mereka.

Setiap panggilan dan tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan menuntut kita untuk mengembannya dengan sepenuh hati, dengan penuh cinta, tanpa memperhitungan “harga” di balik semua perbuatan baik kepada sesama. Kita dituntut untuk menanamkan nilai kebajikan dan kesederhanaan. Yesus mengutus kita sebagai utusan perdamaian dan harapan bagi mereka yang berputus asa. Marilah kita sungguh-sungguh menjadi tanda perdamaian dan harapan bagi sesama.