Proses Pengampunan

Kamis, 17 September 2020 – Hari Biasa Pekan XXIV

167

Lukas 7:36-50

Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.” Lalu Yesus berkata kepadanya: “Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.” Sahut Simon: “Katakanlah, Guru.”

“Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?” Jawab Simon: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.” Kata Yesus kepadanya: “Betul pendapatmu itu.” Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni.” Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: “Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?” Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!”

***

Ketika kita melakukan kesalahan, lalu menyadari kesalahan itu, pasti kita kemudian berusaha untuk meminta pengampunan. Kita berharap mendapatkan pengampunan, apalagi kalau kesalahan yang kita lakukan itu sangat besar. Betapa pun hina, kita akan menempuh segala cara untuk meminta maaf. Gambaran itu kita temukan dalam bacaan Injil hari ini.

Seorang perempuan datang kepada Yesus. Ia merasa sangat menyesal atas segala dosa yang ia lakukan. Untuk mendapatkan pengampunan, perempuan itu melakukan tindakan yang lain daripada yang dilakukan kebanyakan orang. Ia menangis, membasahi kaki Yesus dengan air mata, lalu menyekanya dengan rambutnya. Setelah itu, ia mencium dan meminyaki kaki Yesus. Memalukan sekali, bukan?

Bagi kita, bisa jadi tindakan tersebut memalukan. Namun, bagi wanita ini, tindakan itu adalah ungkapan kasihnya yang besar dengan tujuan agar dibebaskan dari dosa. Lebih lagi ia datang kepada orang yang tepat, yakni Yesus. Apa yang dilakukan Yesus? Yesus tahu siapa perempuan itu. Ia juga tahu bahwa diri-Nya mempunyai kuasa untuk mengampuni. Karena iman perempuan itu yang besar, Yesus pun berkenan menganugerahkan pengampunan kepadanya.

Dengan itu, Yesus mengubah keadaan seorang yang berdosa. Si pendosa diterima oleh-Nya supaya hidupnya berubah ke arah yang lebih baik. Di pihak si pendosa sendiri, ia dituntut untuk melakukan perbuatan-perbuatan kasih. Yesus mengasihi dia; dia pun diminta mengasihi Yesus dan sesama.

Dalam kisah ini kita lihat bahwa daya ubah yang dilakukan oleh Yesus dimulai dari sikap-Nya kepada pribadi yang berdosa. Pertama, Yesus menerima pendosa. Kedatangan si pendosa yang hendak bertobat tidak ditolak oleh-Nya. Siapa pun yang datang kepada-Nya diterima dengan tangan terbuka dan sambutan yang hangat. Penerimaan adalah kunci sikap Yesus. Orang-orang yang bersalah jangan dijauhi. Justru mereka harus diterima dan disapa dengan penuh kasih sayang. Sentuhan kasih akan mengubah kedosaan manusia.

Kedua, Yesus mengenal pribadi si pendosa dengan baik. Ketika Yesus menyambut kedatangan orang yang berdosa, Ia mengenal pribadi orang itu, termasuk pergulatan, kerinduan, harapan, dan penderitaannya. Sebagaimana Bapa mengenal setiap manusia sampai ke relung hati yang paling dalam, Yesus pun demikian.

Ketiga, dosa manusia tidak dianggap remeh dan dihapuskan begitu saja, tetapi dibawa oleh Yesus hingga ke kayu salib. Ia mati bagi kita, agar bersama Dia, kita mati bagi dosa dan bangkit untuk hidup bersama-Nya. Dosa manusia ditebus-Nya supaya kita semua memperoleh keselamatan. Inilah ungkapan kasih tertinggi Yesus bagi pendosa yang bertobat. Karena itu, sebagai pendosa-pendosa yang dikasihi dan diampuni, hendaknya kita terus berjuang untuk mempertahankan kekudusan kita dengan setia hidup seturut kehendak Allah.