Dipanggil Menjadi Biji Sesawi dan Ragi

Selasa, 27 Oktober 2020 – Hari Biasa Pekan XXX

195

Lukas 13:18-21

Maka kata Yesus: “Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya.” Dan Ia berkata lagi: “Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.”

***

Paulus memulai usahanya untuk memelihara jemaat di Efesus dengan memberi nasihat bertolak dari semangat dan cara hidup suami istri (bacaan pertama hari ini, Ef. 5:21-33). Bagi Paulus, titik berangkat paling strategis untuk merawat iman jemaat harus dimulai dari dua tiang penyangga unit jemaat yang paling kecil, yakni suami dan istri. Jemaat yang baik terbentuk dari keluarga-keluarga yang baik, dan keluarga akan menjadi baik kalau pasangan suami istri yang tinggal di dalamnya memiliki relasi yang baik pula. Tentang relasi suami dan istri, Paulus mengatakan beberapa poin penting.

Pertama, kepada para istri, Paulus menasihati agar mereka rendah hati dan taat kepada suami. Nasihat ini tidak dimaksudkan mendorong istri-istri untuk menjadi budak, tetapi mengajak mereka untuk mencintai suami apa adanya sebagai pemimpin keluarga. Sejalan dengan itu, Paulus menasihati para suami untuk mengasihi istri mereka seperti mengasihi diri sendiri.

Kedua, nasihat kepada suami istri untuk saling mengasihi tersebut tidak datang dari pikiran Paulus sendiri, tetapi dari hubungan antara Kristus dan jemaat-Nya. Jemaat terbentuk karena Kristus. Kristus adalah pemimpin, pelindung, penjaga, dan perawat yang menguduskan serta menyelamatkan jemaat-Nya. Itulah alasan mengapa seorang istri didorong untuk melihat suaminya sebagai gambaran dari kepemimpinan Kristus dalam keluarga mereka.

Dengan itu, cinta, ketaatan, dan penyerahan diri seorang istri kepada sang suami adalah bagian dari panggilan, tanggung jawab, dan penghayatan paling konkret dari imannya sendiri. Istri yang tidak setia mencintai suaminya berarti tidak setia mencintai Kristus. Demikian pula seorang suami wajib mencintai istrinya seperti mencintai diri sendiri, sebab dia adalah gambaran Kristus yang senantiasa mencintai, memimpin, menguduskan, dan menyelamatkan. Sang istri adalah gambaran umat yang dipilih dan dijaga oleh Kristus sendiri, sehingga wajib dirawat dan dijaga olehnya. Mencintai dan melindungi istri adalah bagian dari iman, tanggung jawab, dan pengabdian seorang suami kepada Kristus. Suami yang tidak setia mencintai istrinya berarti tidak setia mencintai Kristus.

Semangat saling mengasihi dilukiskan oleh Yesus dalam bacaan Injil hari ini sebagai panggilan untuk menjadi biji sesawi dan ragi. Dalam rangka menggambarkan Kerajaan Allah, Yesus menggunakan biji sesawi dan ragi sebagai contoh. Dengan menampilkan biji sesawi, Yesus menyatakan bahwa Kerajaan Allah hadir melalui hal-hal yang kecil dan sederhana. Karena dianggap tidak luar biasa, banyak orang mengabaikan Kerajaan Allah, padahal setelah bertumbuh, benih yang tadinya kecil itu berkembang pesat dan bermanfaat bagi banyak orang. Sementara itu, dengan menampilkan ragi, Yesus menyatakan bahwa Kerajaan Allah adalah kunci dan penentu kebaikan hidup bersama. Kehadiran Kerajaan Allah membawa perubahan dan perkembangan yang berarti bagi kehidupan yang lebih luas.

Kalau digabungkan, kedua bacaan hari ini berbicara tentang panggilan untuk menjadi biji sesawi dan ragi dalam kehidupan bersama. Hal ini dapat dimulai dari relasi suami istri dalam keluarga. Keduanya dipanggil untuk menjadi sesuatu yang berguna bagi satu sama lain, dan selanjutnya bagi orang banyak dalam konteks kehidupan yang lebih luas.