Iman yang Mengubah

Senin, 16 November 2020 – Hari Biasa Pekan XXXIII

138

Lukas 18:35-43

Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Apa itu?” Kata orang kepadanya: “Yesus orang Nazaret lewat.” Lalu ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah.

***

“Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” demikian Yesus menyembuhkan seorang pengemis buta di pinggir jalan dekat Yerikho. Dalam sabda itu, jelas Yesus menyembuhkan sekaligus memuji pengemis tersebut. Walaupun buta secara fisik, mata hatinya tetap terbuka. Ia sanggup mengenal Yesus secara mendalam. Ia tahu bahwa Yesus adalah Mesias. Ia percaya kepada Yesus, dan menaruh harapan bahwa Yesus akan menyembuhkannya. Ternyata itu benar terjadi! Karena iman, pengemis itu mengalami kesembuhan. Karena iman, ia pun kemudian mengikuti Yesus.

Iman adalah suatu kekuatan transformatif dalam diri manusia. Iman mengubah manusia dari dalam. Seorang beriman akan mengalami bahwa hatinya perlu dimurnikan dan budinya perlu diperbarui. Semakin seseorang mengenal Tuhan, semakin ia menyadari ketidaklayakan karena keadaannya yang penuh dosa. Karena itu, ia selalu mengusahakan pertobatan yang terus-menerus. Ia juga semakin kritis dengan cara pandangnya sendiri dan akan tergerak untuk selalu memperbaruinya. Itu sebabnya seorang beriman dapat memandang dirinya, sesama, dan Tuhan dengan lebih jelas. Inilah perubahan sejati yang punya dampak menyeluruh, secara jasmani maupun rohani.

Saudara-saudari sekalian, mari kita belajar dari pengemis buta tadi. Kita perlu lebih menghayati iman kita dan mengamalkannya dalam hidup harian. Iman kita jangan hanya merupakan pernyataan di bibir semata, tetapi hendaknya juga merupakan daya kekuatan yang sanggup mengubah diri kita menjadi lebih baik. Kalau pengemis buta itu mengalami kesembuhan fisik, semoga kita yang tidak buta mengalami kesembuhan batin dan budi, sehingga hidup kita lebih berkualitas.