Menantikan Penyelamatan

Kamis, 26 November 2020 – Hari Biasa Pekan XXXIV

84

Lukas 21:20-28

“Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.”

“Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan guncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”

***

Pada bagian akhir dari Kredo yang kita ucapkan setiap misa hari Minggu, kita menyatakan kepercayaan akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Iman kita mengajarkan bahwa setelah kehidupan di dunia ini, kita akan memasuki kehidupan kekal yang telah disediakan Allah bagi kita. Kalau hal itu disadari, seharusnya kematian tidak lagi menakutkan bagi kita, sebab kematian justru merupakan jalan untuk memasuki kehidupan abadi bersama Bapa di surga. Rumah dan tanah air kita yang abadi adalah kehidupan setelah kehidupan di dunia ini. Itulah yang digambarkan dalam bacaan pertama hari ini (Why. 18:1-2, 21-23; 19:1-3, 9a), di mana Yohanes mengalami penglihatan bahwa Tuhan akan mengalahkan kuasa kejahatan dan bahwa kita akan menikmati perjamuan kekal bersama Anak Domba. 

Dalam bacaan Injil, Yesus menggambarkan kehancuran Yerusalem. Kota itu akan dikepung dan peperangan akan terjadi. Yerusalem akan runtuh dan orang-orang akan berlarian penuh ketakutan. Kerusakan dahsyat akan menimpa seluruh negeri. Gambaran tersebut memang sangat menakutkan, tetapi apakah dengan itu Yesus bermaksud menakut-nakuti para pendengar-Nya? Sama sekali tidak.

Yesus sebenarnya hendak mengingatkan mereka untuk bersikap siap sedia, sebab kesudahan bisa terjadi sewaktu-waktu. Ketika Yerusalem terkepung, semua orang harus siap sedia untuk lari dan menyelamatkan diri. Celakalah orang-orang yang tidak siap ketika saat itu tiba. Meskipun demikian, orang-orang beriman hendaknya tidak perlu merasa takut. Saat yang mengerikan itu adalah sekaligus tanda bahwa saat penyelamatan mereka sudah dekat.

Pada zaman sekarang pun kita dapat menyaksikan ada begitu banyak kehancuran yang terjadi dalam kehidupan ini. Kerusakan tidak hanya terjadi secara fisik melalui kebrutalan-kebrutalan yang dilakukan manusia, tetapi juga secara mental. Kerusakan mental inilah yang kemudian menggerakkan manusia untuk menghancurkan kehidupan. Dalam situasi seperti ini, kita harus senantiasa siap sedia demi keselamatan kita. Bagaimana kita memupuk dan mengembangkan sikap tersebut? Tentu saja dengan melaksanakan kehendak Tuhan. Kita akan tahu apa yang dikehendaki Tuhan bila senantiasa menjalin relasi dengan-Nya, yakni melalui doa. Doa adalah salah satu kekuatan kita untuk dapat bertahan dari kehancuran yang terjadi di sekitar kita. Karena itu, mari kita menyatakan kesiapsediaan kita dengan selalu berjaga-jaga dan berdoa.