Para Penjala Manusia

253

Markus 1:14-20

Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”

Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia.

***

Yesus berjalan, melihat, dan memanggil. Di saat kita belum mencari-Nya, Yesus sudah mencari untuk memilih kita. Berbeda dengan Yohanes Pembabtis yang menunggu orang datang,

Yesus berjalan dan pergi mencari manusia. Pantai Danau Galilea adalah tempat yang tepat. Di sana pelbagai manusia dari pelbagai daerah bertemu dan berkumpul. Yesus ingin menyapa sebanyak mungkin manusia. “Berjalan” akan menjadi ciri khas hidup Yesus selanjutnya: Ia senantiasa keluar mencari dan menyelamatkan manusia yang hilang. Ia tidak pernah mau menetap di satu tempat.

Yesus melihat para calon pengikut-Nya. Ini bukan pandangan biasa. Lewat pandangan-Nya, Yesus meneliti sebelum memilih. Ia memilah sebelum mengangkat mereka. Keempat calon murid itu sedang sibuk dengan pekerjaan mereka sebagai nelayan. Yesus memilih manusia yang sedang sibuk bekerja, bukan mereka yang bermalas-malasan. Panggilan Tuhan terjadi dalam keseharian saya, dalam kesibukan Anda, sehingga jangan sampai kita hanya memberikan kepada Tuhan “sisa” waktu dan tenaga kita.

Yesus memanggil para murid-Nya secara singkat dan tanpa syarat. “Ayo, mari ikut di belakang-Ku!” Begitulah kira-kira terjemahan harfiahnya. Posisi seorang murid jelas ditegaskan, yakni harus selalu berada di belakang sang Guru untuk mendengarkan ajaran-Nya, menyaksikan karya-Nya, dan mengikuti jalan hidup-Nya. Keempat murid pertama ini adalah dua pasang bersaudara: Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes. Panggilan Yesus mempunyai dimensi personal sekaligus komunal. Keunikan masing-masing pribadi tetap dihargai, akan tetapi mereka sekaligus dipanggil ke dalam persaudaraan atau kebersamaan. Selain dipanggil untuk “berjalan bersama Yesus”, para murid itu juga dipanggil untuk berpatisipasi dalam tugas Yesus, yakni “menjadi penjala manusia”. Urutannya jelas: Hidup bersama Yesus dahulu, baru kemudian mendapat tugas pengutusan. Pengutusan yang berbobot didasarkan pada pengalaman hidup bersama atau berelasi dengan Yesus. Pengikut Yesus juga bukanlah kelompok tertutup. Para murid bertugas untuk menjala manusia, siapa saja, tanpa batas-batas!

Sabda Yesus berdaya dan tidak pernah sia-sia. Keempat nelayan kawakan itu langsung meninggalkan pekerjaan dan rutinitas harian mereka. Bukan hanya itu, Yakobus dan Yohanes bahkan meninggalkan ayah mereka (tentu masih ada perahu dan orang upahan yang menjamin kelangsungan hidup sang ayah). Ikatan dengan profesi, penunjang hidup, kerabat, dan sebagainya sekarang diganti dengan ikatan yang baru dengan Yesus: Mereka “mengikuti Dia”. Bagi seorang murid, relasi dengan sang Guru jauh lebih kuat dari semua ikatan lainnya. Sekarang mereka adalah para pengikut Yesus. Itulah profesi dan “penunjang hidup” mereka yang baru.