Memikul Salib

Kamis, 18 Februari 2021 – Hari Kamis Sesudah Rabu Abu

245

Lukas 9:22-25

Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”

***

Sebagai imam, kerap kali saya dipercaya untuk mendengarkan aneka macam keluhan, kepenatan, dan kesulitan yang dialami oleh keluarga-keluarga kristiani, terlebih pada masa pandemi Covid-19 ini. Persoalan finansial, relasi dalam rumah tangga, dan masalah anak adalah tiga dari sekian banyak beban hidup yang harus dipikul oleh keluarga-keluarga yang saya jumpai. Tidak sedikit yang sampai pada posisi mentok alias buntu dalam menanggung beban hidup yang sangat berat itu. Komentar mereka, “Kok berat, ya Romo, beban salib yang harus kami panggul! Kapan Tuhan akan mengambil salib dari pundak ini?” Ya, salib mempunyai banyak arti/makna bagi umat kristiani. Namun, bagi kebanyakan orang, terlebih saat mengalami penderitaan yang berat, salib dimaknai sebagai beban, tantangan, dan kesulitan.

Bacaan Injil hari ini mengingatkan kepada siapa pun yang ingin mengikut Yesus agar selalu siap untuk memikul salib. Yesus bersabda, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”Tantangan dan kesulitan sudah diingatkan oleh Yesus sejak awal. Karena itu, salib yang dipahami sebagai tantangan, kesulitan, dan penderitaan mestinya sudah “diakrabi” oleh umat kristiani. Namun, kita ternyata tetap saja sering menjerit, protes, dan berontak ketika harus menanggung beban hidup yang rasanya melebihi kemampuan kita. Meskipun itu manusiawi, jangan lupa bahwa Tuhan telah terlebih dahulu memanggul salib yang berat; jangan lupa bahwa Tuhan ikut memanggul salib bersama kita; jangan lupa juga bahkan Tuhan bisa jadi memanggul kita yang tengah memanggul salib yang berat.

Saudara-saudari yang terkasih, “memanggul salib” merupakan bagian dari perjalanan mengikut Yesus. Berhadapan dengan salib-salib kehidupan kita sehari-hari, kita harus siap dan kuat. Di salib, ada Yesus yang lebih dahulu memberikan teladan, bukan hanya dengan kata-kata, melainkan juga dengan tindakan nyata. Kita harus meyakini bahwa Yesus yang sama ada bersama kita dalam setiap salib yang kita panggul. Ia menguatkan kita dalam perjuangan menanggung rasa sakit, penderitaan, kehilangan, kesulitan, dan keputusasaan. Bagi kita yang sedang menanggung beban hidup yang berat, jangan patah semangat! Mari kita panggul salib ini bersama dengan Dia. Kita tidak sendirian! Ada Yesus yang senantiasa menyertai kita.